DATA INVESTIGASI KASUS PENCEMARAN LIMBAH DARI KEGIATAN
PERTAMBANGAN EMAS PT. NHM, TERHADAP MASYARAKAT ADAT
PAGU DAN MASYARAKAT LOKAL DI TELUK KAO
PERTAMBANGAN EMAS PT. NHM, TERHADAP MASYARAKAT ADAT
PAGU DAN MASYARAKAT LOKAL DI TELUK KAO
(Laporan
investigas dibuat AMAN Malut dari tanggal 01 s/d 08 Desember 2013)
|
Nama :
Yohana Sakolah
Umur :
70 Tahun
Tempat Lahir : Desa Dum-Dum
Tempat Tinggal : Dusun Kobok Pante, Kec.
Kao Teluk
Pekerjaan :
Petani
Penderita Penyakit : Benjolan di Muka
|
Wawancara dengan Ibu
Yohana Sakolah dilakukan pada tanggal 02 Desember 2013, di Dusun Kobok, Desa Dum – Dum di kediaman beliau.
Selain benjol – benjol tangan kanannya juga lumpuh total dan tidak bisa bicara, sehingga
keterangan wawancara yang diambil diperoleh dari anak beliau yang bernama Kristina Buda.
Menurut
keterangan anaknya, bahwa ibu Yohana Sakola mulai menderita penyakit benjol –
benjol ini sekitar 6 – 7
bulan yang lalu. Awalnya, terlihat benjol-benjol kecil di hidungnya. Kami
sekeluarga pun tidak tahu dan mengira itu hanya benjol-benjol biasa saja, tiba
- tiba Mama (Tbu) merasakan
seperti bisul di dalam langit-langit mulutnya. Kemudian bisul yang ada di dalam
mulutnya itu pecah dan
berdarah. Sekitar jam 11 malam, darah keluar dari mulut Mama dan itu yang pertama kali. Kami tidak tahu bahwa
mulut mama sedang berdarah, sampai semprot keluar dari mulut. Malam itu juga
saya dan saudara membawa Mama ke rumah sakit bergerak milik Pemerintah Daerah Halut. Pihak rumah sakit
lalu memberikan pertolongan dengan berusaha menyetop darah yang keluar dari mulut mama. Darah
yang keluar dari mulut mama itu sekitar tiga (3) ember. Yang aneh itu setelah mama
diperiksa, pihak rumah sakit mengatakan bahwa mama terkena penyakit darah tinggi. Kami sangat
heran dan bingung dengan hasil pemeriksaan di rumah sakit itu, masa darah yang keluar dari mulut
mama sampai tiga ember itu dibilang darah tinggi (hippertensi) ujar anaknya.
Setelah kondisi mama sedikit membaik, kami balik ke rumah (Dum – Dum). Pihak
rumah sakit
bergerak menyuruh kami membawa mama ke rumah sakit umum Tobelo. Setelah berobat
di Tobelo kondisi
mama sedikit membaik, tapi hanya dua hari saja darahnya keluar lagi.
Menurut Kristina, mereka membawa ibunya untuk berobat di RSUD Tobelo
sampai tiga kali berturut-turut
namun penyakitnya tidak sembuh dan tetap bertambah parah. Pihak rumah sakit mengatakan korban harus
diobat dengan menggunakan obat kampung. Adik saya minta obat kampong sampai di
daerah Kecamatan Ibu (Halmahera Barat). Memang sembuh penyakit mama tapi luka yang ada di dalam
langit mulutnya itu tidak sembuh. Kalau penyakit menyerangnya, muka mama bengkak. Terpaksa
kami harus bawa lagi ke RSUD Tobelo berulang-ulang bahkan sampai baronseng. Pihak RSUD
mengatakan ini merupakan penyakit kangker yang tidak bisa disembukan, harus
bawa ke Rumah Sakit Manado.
Mama hanya terkena penyakit benjol-benjol, tidak ada gatal
– gatal. Beliau menderita penyakit benjol-benjol kurang lebih sudah tiga tahun, terakhir mama
tidak bisa bicara. Kami mengobati mama dengan obat kampong, sembuh tapi kemudian kembali
lagi penyakitnya. Sampai sekarang mama hanya seperti ini, tidak bisa bicara,
setiap kami membawanya di Rumah Sakit, penjelasan mereka hanya penyakit kangker
yang sudah para sekali, tidak bisa di operasi di Tobelo harus ke Manado. Katanya tidak ada
dokter yang menangani penyakit seperti itu, penyakit ini mulai diderita mama dari tahun 2009
sampai 2013. Mama juga banyak mengkonsumsi obat kampong tapi tidak sembuh. Penyakit ini di pertama kali
mama dapat ketika tinggal di Baliso sang (Tomabaru),
karena mama kan pernah menikah disana. Bersama suaminya mereka berkebun di Kobok Pante, jadi mama sering mandi, ambil kerang
dan mengkonsumsi ikan dari sungai Kobok tersebut. Karena waktu itu tidak ada air bersih jadi walaupun limbah
mereka tetap mengunakan sungai kobok.
Tidak ada air sungai yang lain selain sungai Kobok. Pokoknya mandi, minum, itu di sungai Kobok yang mereka gunakan. Setelah
berpisah dengan suaminya, dia (Mana) balik ke Dum - Dum membawa penyakit
benjol-benjol ini.
Menurut Krisitina sebelum benjol - benjol ini muncul pertama yang dialami
mama adalah, gangguan pernapasan dan menimbulkan bau yang tidak sedap setiap
mama bernapas. Bukan hanya itu saja, hidungnya mama seperti tidak berfungsi lagi mencium
sesuatu yang bau. Lanjut Kristina, yang saya lihat selama ini perusahan Nusa Halmahera Mineral
(NHM) tidak ada perhatian
apa - apa terhadap mama dan masyarakat sekitar tambang yang menderita penyakit
benjol – benjol. Perusahan cuma menyediakan air bersih karena perusahan sudah
tahu bahwa sungai
Kobok dan Ake Tabobo tidak di konsumsi lagi oleh kami yang tinggal di Kobok
ini.
Masalah penyedian air bersih ini juga karena kami
melakukan demontrasi lebih dulu bahkan sampai palang jalan, setelah itu baru perusahan berikan
air bersih kepada kami. Pemerintah Daerah pernah memberikan air bersih kepada kami di Kobok
tapi tidak berfungsi air bersihnya, kesimpulanya adalah antara perusahan dan pemerintah daerah
tidak ada perhatian yang serius
terhadap kami. Kalau misalnya ada perhatian kami yang
hidup di Kobok ini pasti tidak seperti ini kehidupan kami.
Penjelasan terakhir dari Kristina Buda, bahwa kehadiran perusahan PT. NHM
hanya membuat masyarakat
menderita dan saya tidak suka kehadiranya. Tapi suka dan tidak suka, saya
bersabar saja.
Karena pemerintah daerah kita sudah menerima perusahan NHM itu, kita masyarakat
tidak bisa
berbuat banyak. Apalagi kita ini hanya masyarakat kecil yang tak punya kuasa,
tidak seperti pemerintah.
Menurut beliau perusahan juga melakukan pemukulan terhadap warga yang mengambil besi tua di tempat
pembuangan limbah.*
Nama :
Hofni Dagi
Umur : 65
Tahun
Tempat Tinggal : Desa Balisoang
dan Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
Petani
Status :
Sudah menikah
Penderita
Penyakit : Gatal - Gatal
Wawancara dilakukan pada tanggai 01 Desember 2013,
di kediaaman Bapak Hofni Dagi, Desa Balisosang (Tomabaru). Bapak Hofni Dagi adalah salah satu
penderita penyakit gatal – gatal.
Menurut bapak Hofni Dagi, beliau menderita penyakit gatal
– gatal. Yang pertama alami itu saya sendiri sampai saat ini gatal-gatalnya masih ada. Di Desa
Balisosang yang mendapat penyakit gatal - gatal dan benjol-benjol sekitar 5 - 6 orang. Waktu
itu ada dari LSM Walhi yang sudah mengambil
gambar kami dan dari dinas Kesehatan juga pernah turun disini. Tetapi yang menderita penyakit gatal - gatal dan
benjol-benjol sampai meninggal akibat pencemaran limbah Perusahan NHM belum ada. Penyakit benjol - benjol
sebelum adanya perusahan memang ada. Waktu
survey di tahun 2010 saat pipa PT. NHM bocor yang disaksikan langsung oleh
kepala desa Balisosang dan sekertaris
di Kobok. Olehnya itu, kami masyarakat desa Balisosang berpikir bahwa penyakit
gatal-gatal dan benjol-benjol adalah berasal dari pipa tailingnya NHM, faktanya
seperti itu. Beliau juga
mengungkapkan, termasuk ikan-ikan yang ada di sungai Kobok menjadi mati, kerang juga mati tidak ada isinya lagi
kenyataan yang ada seperti itu.
Jenis penyakit yang saya alami hanya gatal - gatal sampai saat tidak
sembuh. Kami masyarakat alami dan rasakan saat ini adalah akibat dari pencemaran di sungai Kobok
yang dilakukan oleh perusahan NHM. Di tahun 2010 ketika pipa NHM bocor, dari pihak Badan
Lingkungan Hidup (BLH), pernah turun dan kroscek di lokasi sungai Kobok tetapi
tidak ada penjelasan yang jelas sampai saat ini.
Beliau mengatakan bahwa dia menderita penyakit gatal-gatal
sudah lama, sudah memasuki 2 tahun. Ini sudah diketahu oleh petugas kesehatan Malifut
dan RS Bergerak, tapi tidak ada penjelasan yang jelas apakah penyakit gatal - gatal ini
penyebabnya apa. Penyakit ini muncul karena memang sebagian masyarakat di desa Balisosang
berkebun di dekat sungai Kobok, jadi kami sering mandi di situ, karena tidak
ada air lain. Kadang-kadang kalau kehabisan air minum yang kami bawa dari rumah,
terpaksa harus ambil air sungai Kobok untuk minum. Sungai Kobok kalau musim panas dia sedikit
jernih, tapi kalau hujan dan banjir menjadi keruh dan berwarna kaya merah dan coklat serta
menimbulkan bau busuk yang luar biasa hampir kita tidak bisa cium.
Kemudian airnya seperti bermiyak. Saat ini sungai
Kobok, airnya sudah tidak bisa dipakai lagi.
Menurut dia piihak pemerintah sudah ada upaya
penangulangan yang berhubungan dengan kesehatan, dikasi obat kepada masyarakat, seperti pihak
Rumah Sakit Bergerak, Puskesmas Malifut. Kalau di pihak perusahan selama kami menderita
penyakit ini, mereka hanya turun foto - foto saja tetapi tidak ada tindakan aksi nyata atau
realisasinya tak ada sama sekali terhadap masyarakat. NHM tidak peduli dengan kasus di
masyarakat ini. Pihak NHM tidak mengakui bahwa limbah ini sumbernya dari aktifitas
pertambangan mereka. Dengan menderita penyakit ini pernah berobat di Puskesmas
Malifut, memang sembuh tapi saat balik dan ke sungai Kobok, tidak lama penyakitnya muncul
lagi. Kami kalau ke kebun kan harus lewat sungai Kobok jadi harus berenang di sungai
tersebut.
Penjelasan lagi dari beliau, bahwa pihak perusahan
melakukan penanggulangan air bersih, tapi sampai saat ini kami masyarakat tidak nikmati. Yang
berhubungan dengan CSR atau bisa dikatakan tanggungjawab social perusahan, padahal torang
masyarakat Balisosang sudah pasang pipa di rumah – rumah, teryata air bersih tak kunjung
tiba. Kami masyarakat disini kalau mau pergi ke kebun di Kobok, harus bawa air aqua dari rumah.
Penyakit yang dirasahkan warga juga bukan cuma benjol –
benjol dan gatal - gatal saja, kadang kalah ada yang sakit perut, karena saat kehabisan air yang
di bawa dari rumah masyarakat terpaksa ambil air di sungai Kobok. Tetapi tidak
membahayakan sampai meninggal, tapi yang menjadi kekhawatiran kami masyarakat itu adalah
kedepan akan seperti apa generasi kita. Itulah yang torang masyarakat pikir
jangka panjang kesananya seperti apa. *
Nama :
Sara Robo
Umur :
70 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Balisoang
Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
Petani
Status :
Belum Menikah
Penderita Penyakit : Benjol – Benjol dan Gatal -
Gatal
Menurut ibu Sara, penyakit yang dia derita adalah benjol –
benjol, gatal-gatal dan bengkakbengkak, yang muncul di kaki, tangan, badan dan bulat –
bulat seperti bola kelereng. Baru rasanya gatal sekali. Saya menderita penyakit ini sudah
satu tahun, mulai dari tahun 2012 sampai 2013. Tidak semua di badan saya tapi yang rasa
gatal itu cuma di kaki dan tangan. Beliau mengungkapkan bahwa dia mendapat penyakit benjol -
benjol dan gatal-gatal ini karena penyebabnya adalah sungai Kobok yang berdekatan dengan
kebun, dan mengambil kerang di sungai Kobok untuk di makan. Apalagi di sungai Kobok itu
kan limbah perusahan PT. NHM dibuang. Penyakit ini muncul di saya karena limbah
perusahan NHM.
Ibu Sara menceritakan awal penyebab menderita penyakit
benjol - benjol dan gatal-gatal, ini saat mereka tidur di kebun yang dekat dengan sungai
Kobok. Baru sungai ini menjadi sumber penghidupan masyarakat yang berkebun disitu, untuk mencari
makanan dan minum misalnya ikan, kerang, minum, mandi dan lain sebagainya. Saya mendapat penyakit
ini karena aktifitas saya sehari di sungai Kobok itulah. Masalahnya kami masyarakat kan tidak
tahu bahwa di sungai Kobok ada limbah atau tidak. Sekarang perusahan NHM sudah melarang
mengkonsumsi air di sungai Kobok.
Beliau mengungkapkan selama kami masyarakat di Desa Balisosang
mendapat penyakit gatalgatal dan benjol-benjol, perhatian Pemerintah Daerah dan Perusahan tidak
ada sama sekali atas peristiwa saat ini. Menurut beliau sebagaian besar masyarakat disini
mengkonsumsi ikan yang di tangkap dari
teluk Kao. Itu juga factor yang menyebabkan kami masyarakat sekitar tambang
mendapat
penyakit gatal - gatal dan benjol – benjol. Dulu sebelum perusahan datang kami
perna bisul –
bisul, tapi setelah minum obat langsung sembuh. Sekarang dengan adanya perusahan
NHM, penyakit
yang kami alami berobat di Puskesmas dan Rumah Sakit Bergerak bahkan minum obat pun tidak sembuh.
Saya sendiri di kasi salap oleh Rumah Sakit, tetapi ketika saya oleskan di bagian yang gatal,
gatal-gatalnya bertambah, maka saya tidak pakai lagi salap yang diberikan itu.
Dengan keadaan yang terjadi seperti sungai Kobok yang
tidak bisa lagi dipakai oleh kami masyarakat, maka perusahan bikin air bersih tetapi air
bersih yang dibuat oleh pihak perusahaan sampai saat ini tidak jalan. Beliau juga menjelaskan ketika mendapat
penyakit ini, yang ia rasakan adalah seluruh
badannya terasa sakit dan gatal-gatal dan menderita sepanjang hari. Perhatian perusahan dan pemerintah daerah selama
ini tidak ada. Menurutnya kehadiran perusahan
PT. NHM hanya menyiksa masyarakat kecil seperti kami.
Saya tidak suka kehadiran perusahan selama ini. Penyakit benjol - benjol
dan gatal - gatal ini sudah 3 kali saya berobat di RS Bergerak. Di operasi benjol - benjolnya
tetapi tida ada nananya. Keterangan dari dokter, katanya ini hanya penyakit kulit. Saya juga heran
masa penyakit kulit, kita pakai obat kampong dan obat medis tidak pernah sembuh. *
Nama :
Sukardi
Umur :
23 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Tabobo
Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
Petani
Status :
Sudah Menikah
Penderita Penyakit : Benjol – Benjol dan Gatal –
Gatal
Wawancara dengan Bapak Sukardi pada tanggal 03
Desember 2013 di kediaman beliau, Desa Tabobo. Belian menderita penyakit benjol – benjol.
Menurut Sukardi ia menderita penyakit yang gejalanya muncul dipermukaan kulit berupa benjolan beberapa anggota tubuh, sekitar 6 bulan
yang lalu (2013). Jenis penyakit yang awal pertama muncul itu bengkak kecil, jadi saya kira hanya
bengkak biasa seperti bengkak babi. Tetapi lama - lama sekitar 6 bulan saya kasi biar begitu
padahal bukan bengkak biasa. Saya juga tidak tahu entah ini penyakit apa. Sekitar 6 bulan
memakai obat kampong, memang sembuh tapi habis itu muncul lagi. Baru penyakit benjol - benjol
yang saya alami ini berpidah – pindah ke beberapa tempat di bagian leher. Saya pernah berobat
di Puskemas Malifut, penjelasan mereka itu adalah pengaruh gigi. Tidak ada pejelasan yang
jelas dari pihak Puskesmas kepada saya bahwa penyakit apa yang saya derita. Jadi pihak Puskesmas
bilang katanya pengaruh
gigi, mereka memberikan obat Ampeselin untuk minum.
Saya perna mandi di sungai Kobok, termasuk makan ikan di sungai tersebut.
Saat saya mau menambang
harus naik - turun lokasi dan melewati sungai Kobok. Kemudian sering ambil air
di sungai untuk
di minum. Sebagian masyarakat disini hampir tiap hari mengkonsumsi ikan di Teluk Kao. Penyakit benjol -
benjol ini saya juga tidak tahu tiba-tiba muncul. Saya tidak tahu bahwa ini penyakit apa. Yang
jelas saya pernah mandi di sungai kobok, dan minum airnya.
Beliau mengatakan bahwa selama ini penyakit benjol-benjol yang saya
derita, pemerintah bilang nanti bikin profosal di perusahan NHM untuk operasi. Sampai saat ini tak
kunjug tiba atau bikin kesehatan gratis pun tidak ada. Jadi kesimpulanya adalah antara perusahan
dan pemerintah sama mereka, tidak ada kepedulian terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar
tambang. Dia juga tidak suka dengan kehadiran perusahan PT. Nusa Halmahera Mineral (NHM).*
Nama :
Gaspar Mudukur
Umur : 47 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Balisosang
Lahir
Kecamatan : Malifut
Pekerjaan : Petani
Status : Sudah
Menikah
Penderita Penyakit : Gatal – Gatal
Beliau menderita penyakit gatal - gatal ini sudah 5 bulan lamanya (2013).
Pertama mendapat penyakit
gatal - gatal itu karena kerja kelapa (kopra) di kebun yang dekat dengan sungai
Kobok. Dari
situlah penyakit gatal - gatal itu muncul. Beliau mengatakan bahwa selama
mendapat penyakit
gatal - gatal tidak pernah berobat, alasannya tidak ada kartu jamkesmas. Jadi
kalau mengobati
untuk mengurangi rasa gatal itu hanya dengan minum pil Sunsisli atau obat
kampung ditempel
dengan daun - daun kayu obat. Minum pil itu juga sembuhnya tidak lama. Setelah
itu gatalnya
muncul lagi, tidak sembuh total. Saya sering mandi di sungai Ake Tabobo dan
sungai Kobok itu
yang bikin saya terkena penyakit ini. Dua sungai ini yang sekarang tidak bisa
di konsumsi lagi,
waktu itu kan saya tidak tahu bahwa sungai Kobok dan Ake Tabobo tercemar oleh limbah perusahan PT.
NHM.
Apalagi masyarakat biasa seperti kami ini sulit berobat di
puskemas terus. Obat kampung juga saya sudah coba tapi tetap gatal, kadangkala kaki saya
jadi bengkak. Yang jelas penyakit gatal - gatal ini muncul sebabnya adalah saya mandi di
sungai Ake Tabobo dan sungai Kobok.
Bapak Gaspar Mudukur menjelaskan tidak ada perhatian yang
serius antara Pemerintah Daerah Halmahera Utara dan Perusahan NHM terhadap kami masyarakat
yang penyakitan. Pihak perusahan penyedian air bersih di Balisosang tapi tidak jalan sampai hari
ini.*
Nama :
Permenas Cando
Umur :
65 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Balisosang
Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
Petani
Status :
Sudah Menikah
Penderita Penyakit : Benjol – Benjol
Wawancara
dengan Bapak Permenas Cando dilakukan pada tanggal 01 Desember 2013 di kediaman beliau Desa Balisosang. Beliau merupakan
salah satu dari warga yang terkena penyakit
benjol – benjol.
Menurut beliau bahwa masyarakat di Balisosang mendapat penyakit benjol -
benjol termasuk saya
sendiri, dari tahun 2011 sampai 2013, jadi kami mendapat penyakit ini sudah
lama. Sekarang
kami masyarakat Balisosang yang lain tidak berani dan takut ke kebun yang berdekatan dengan sungai
Kobok. Persoalan pencemaran limbah PT Nusa Halmahera Mineral (NHM) ini kan sudah lama. Laporan dari masyarakat
sudah masuk di Pemerintah Daerah Halmahera
Utara, tapi begitulah pemerintah kita saat tidak perduli dengan hal-hal yang
dihadapi masyarakat di lingkar
tambang. Torang (kami) disini pergi ke kebun, cuma tidak bisa turun lewat sungai Kobok lagi, kalau paksa lewat sungai, kaki
torang (kami), tangan, badan, semua menjadi gatal.
Tahun 2010 Walhi pernah melakukan penelitian di sungai Kobok. Yang jelas
saya mendapat penyakit
gatal - gatal ini akibat dari limbah perusahan PT. NHM karena pernah mandi di
sungai Kobok.
Ini merupakan fakta bahwa sungai Kobok sekarang tidak bisa lagi dikonsumsi oleh
masyarakat.
Masyarakat disini setiap hari konsumsi ikan dari teluk Kao. Penyakit gatal -
gatal ini muncul
karena limbah NHM. Tidak mungkin kalau tidak ada limbah penyakit ini muncul.
Dulu sebelum adanya perusahan NHM,
masyarakat dapat gatal - gatal tapi diobati dengan obat kampung atau minum pil langsung sembuh total. Tapi penyakit yang
sekarang diderita oleh warga,
menggunakan obat medis atau obat kampung juga tidak pernah sembuh lagi. Lain
itu sembuh tapi tidak lama
penyakitnya muncul lagi.
Buktinya
dulu di teluk Kao ini tempat ikan ngafi (ikan teri), tapi sekarang mana ikan
ngafi, tidak
ada lagi berarti. Itu kan limbah NHM yang buat ikan ngafi tidak ada sekarang. Masalah yang
dihadapi masyarakat saat ini yang berhubungan dengan penyakitan, benjol - benjol dan gatal –
ada lagi berarti. Itu kan limbah NHM yang buat ikan ngafi tidak ada sekarang. Masalah yang
dihadapi masyarakat saat ini yang berhubungan dengan penyakitan, benjol - benjol dan gatal –
gatal,
tidak ada sama sekali perhatian Pemerintah Daerah Halut dan Perusahan. Terhadap
kami masyarakat di lingkar tambang
kemudian mengenai persoalan ini juga sudah ada laporan beberapa kali di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Halut. Mereka mengatakan
bahwa sungai Kobok tidak ada
pencemaran limbah dan tidak apa-apa. Jadi kami masyarakat membuat laporan kesana
percuma saja tidak ditanggapi serius. BLH ada turun ke lokasi berapa kali
mereka menyapaikan tidak ada pencemaran di
teluk Kao dan sekitarnya. Saya pernah berobat di Puskesmas Malifut dan Rumah Sakit Bergerak, hasil pemeriksaan dijelaskan
bahwa ini merupakan dampak dari
limbah NHM. Saya tidak suka dngan kehadiran perusahan NHM karena hanya
menyengsarahkan masyarakat. *
Nama :
Alm. Laher Kote - Kote
Umur :
76 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Dum
– Dum Lahir
Kecamatan :
Kao Teluk
Pekerjaan :
Petani
Status :
Sudah Menikah
Penderita Penyakit : Benjol – Benjol dan Gatal –Gatal
Fobo: Anaknya Tbu
Laher Kobe - Kobe
Keterangan tentang ibu Laher Kote – Kote diperoleh dari
anaknya Yokbet Imayu. Ibu Laher sudah meninggal dunia pada tahun 2013. Wawancara ini
dilakukan pada tanggal 2 Desember 2013 di kediamanya Desa Dum – Dum. Ibu Laher Kote Kote
merupakan salah satu penderita penyakit benjol – benjol di payudara.
Menurut anaknya bahwa awal penyakit benjol-benjol muncul di ibu Laher
adalah benjol-benjol kecil di payudara. Terus buang air besar, keluarnya darah dan sudah perna
berobat dengan obat kampong. Mungkin sekitar satu bulan sembuh penyakitm tapi setelah itu
muncul lagi benjolbenjol di tempat yang sama. Kemudian kami periksa payudaranya, ternyata
ada darah. Kalau bisul
kan dia pecah, tapi ini keras sekali.
Mama saya menderita penyakit benjol - benjol di payudara
itu dari tahun 2012 sampai 2013. Kami membawanya di RS dan mendapat penjelasan dari pihak
RS bahwa ini adalah penyakit kangker. Begitu banyak darah yang keluar dari payudaranya.
Dia juga merasakan kepalanya mulai pusing. Segalah obat sudah dipakai tapi tetap tidak
bisa. Dari situ dia tidak bisa makan, semua makan diberikan tidak bisa hanya minum air saja.
Seluruh badanya terasa sakit. Dia terbaring di atas tempat tidur sekitar 9
bulan. Mama saya meninggal pada tanggal 1 oktober 2013. Saat meninggal
kondisinya sangat parah, mulai dari kepala, tulang dan badannya karena benjol – benjol itu
Beliau menderita penyakit benjol - benjol pertama kali
karena mengkonsumsi ikan yang ada di teluk Kao. Mama saya juga pernah mandi dan
minum air sungai Kobok. Perhatian Pemerintah Halut dan pihak perusahan tidak perna sama sekali,
mulai dari mama masih hidup sampai meninggal dunia. Tidak pernah ada bantuan
yang berhubungan dengan kesehatan atau berupa
bantuan
apapun tidak ada sama sekali. Waktu belum meninggal kami perna bawa beliau ke daerah Akesahu untuk berobat.
Berobatnya dengan obat kampong. Penjelasan dorang (mereka) katanya mama ini menderita
penyakit kangker. Kemudian kami lanjutkan bawa berobat lagi di Sosol, masih dengan obat
kampong, ada dokter yang datang periksa penyakitnya menjelasakan bahwa ini
kangker.
Di Puskesmas Malifut manteri Rauf yang obati mama, cuma datang dua kali
saja, setelah itu sudah tidak muncul lagi sampai kami kembali ke Dum-Dum. Penyakit mama
bertambah parah bahkan sudah tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Berobat di
puskesmas Dum - Dum Pante sekitar 7 kali tapi tidak sembuh. Sementara berobat
di Puskesmas Malifut hanya satu kali tidak sembuh juga.*
Nama :
Ferdi Nance Jempormase
Umur :
23 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Sosol
Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
Tukang Ojek
Status :
Belum Menikah
Penderita Penyakit : Benjol – Benjol
Wawancara dengan Bapak Ferdi dilakukan pada tanggal
1 Desember 2013 di kediaman orang tua beliau, Desa Sosol. Beliau menderita
penyakit benjol – benjol di leher dan telinga
Beliau menjelaskan bahwa penyakit benjol – benjol yang
dialami mulai pertengahan desember 2012 sampai 2013. Muncul itu berupa benjol – benjol kecil
setelah itu menjadi besar, mulai rasa panas,
bengkak dan sakit. Bahkan perna berobat di puskemas Malifut dan RSUD Tobelo. Puskesmas hanya memberikan obat dan suntik.
Menurutnya dia sediri pun tidak tahu bahwa penyakit yang di derita ini akibat
limbah atau tidak. Beliau juga mengungkapkan hampir setiap hari konsumsi ikan dari teluk Kao.
Sedangkan operasi penyakit ini di RSUD Tobelo, pihak RS
tidak memberikan hasil operasinya seperti
apa. Mereka justru merujuk ke RSUD di Manado. Pemeriksaan di RSUD Manado mengatakan bahwa ini adalah penyakit TBC Kelenjar
yang sudah infeksi pada Dekoke - Dekoke itu menjadi bengkak. Dia juga
menceritakan di Sosol ini yang menderita penyakit benjol - benjolan ini kami tiga orang, pertama itu saya,
Gabriel Toloa, Angki. Saya tidak bisa pastikan bahwa penyakit saya ini akibat limbah atau tidak.*
Nama :
Merina Temo
Umur : 23 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Sosol
Lahir
Kecamatan : Malifut
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Sudah
Menikah
Penderita Penyakit : Benjol – Benjol
Merina mengungkapkan menderita penyakit benjol - benjol sejak bulan
November 2013. Dia juga biasa konsumsi ikan yang diambil dari sungai Kobok. Dengan keadaan
terpaksa harus makan ikan di sungai Kobok, karena menurut dia banyak orang
Basoma di sungai Kobok. Pertama penyakit ini muncul saya masih batoto (menyusui anak saya),
kemudian saya pergi keGayok, mungkin karena lama tidak menyusui anak jadi payudara saya jadi
keras sekali seperti batu. Dari situ mulai merasa sakit dan tidak hilang,
muncul lagi semacam bisul. Bisul itu pecah dan manucu (sakit), kemudian saya minta obat kampong
yaitu daun-daun kayu. Berobat juga di dokter Hengki, beliau hanya berikan pil. Dokter Hengki
sediri menjelasakan harus minum dulu pil tersebut kalau tidak sembuh baru balik lagi. Dokter
Hengki tidak bilang bahwa ini akibat limbah perusahan NHM.
Ibu Merina sendiri belum perna mandi di sungai Kobok, tapi
makan ikan yang berasal dari sungai Kobok. Memang saat ini kami dengar – dengar
cerita sungai kobok sudah tercemar limbah. Cuma kan sebagian besar masyarakat di sini masih
basoma (menangkap ikan) di teluk Kao dan Kobok Pante. Sekarang sebagaian masyarakat tidak
mengkonsumsi ikan di sungai Kobok.
Penyakit benjol – benjol yang manucu (sakit) hanya diobati dengan obat
kampong dan berobat di Dokter Hengki saja langsung sembuh. Perhatian Pemerintah Daerah Halut dan
Perusahan ketika kami
masyarakat yang mendapat penyakit benjol - benjol dan gatal-gatal tidak ada
sama sekali. Kehadiran
Perusahan NHM bagi saya banyak menimbulkan masalah kesehatan.*
Nama :
Alm. Gabriel Toloa
Umur :
23 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Sosol
Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
Mahasiswa
Status :
Belum Menikah
Penderita Penyakit : Benjol – Benjol
Menurut keterangan bapak Imanuel Toloa (orang tua Alm. Gabriel), bahwa
sakit pertama itu beliau dapatnya di Yogyakarta. Seluruh badannya rasa sakit, dengan
kondisinya seperti itu dia ingin pulang ke kampong halaman, setelah pulang kampong dia berobat
dengan obat kampong kondisinya sedikit
membaik. Kemudian beliau ingin balik ke Yogyakarta karena tuntutan akademik di kampus yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN),
lalu saya sebagai orang tua antar dia ke Jagja. Sampai disana di Yogyakarta 2 bulan beliau rasa perutnya sakit,
maka masuk RSUD PANTERAPI Yogyakarta.
Hasil yang disampaikan adalah deman berdarah. Di RSUD Yogyakarta bilang demam berdarah tetapi beliau
tidak bisa duduk dan perut sakit, kemudian bagian perut juga bengkak. Lalu saya ambil kesimpulan dipulangkan ulang
ke kampong. Sejak dari Yogyakarta
dia dipangku oleh saudara dan calon kawinya. Sampai di Desa Sosol, saya minta itu obat kampong dikase minum. Dia sembuh sedikit,
beliau bilang dia harus balik ke Yogyakarta
lagi. Lalu saya panggil kepala Puskesmas, Manteri Rauf untuk suntik beliau,
setelah di suntik Manteri Rauf
pulang ke rumah.
Dia cerita sama saya katanya ada satu malam lehernya mau di ramas saat
tidur. Jadi penyakit anak saya ini karena santet. Dua minggu disini saya kase
pulang ke Yogyakarta. Sampai di Yogyakarta Gabriel masuk di kos - kosan langsung sakit,
seluruh badannya sakit dan bengkak mulai dari kaki sampai seluruh badan. Masuk ke RSUD
Yogyakarta tapi hasilnya tidak ada penyakit, sedangkan seluruh badannya sakit.
kesehatan
tidak ada penyakit. Hanya saja ada benjolan, di pihak RSUD menyampaikan bahwa
ini penyakit
kangker otak. Penyakit benjol - benjol yang dia derita itu tidak sama dengan
bisul, kan bisul itu pica sedangkan ini tidak pica cuma hanya ada nananya di
pinggir - pinggir saja.
Jenis penyakit yang dia derita hanya benjol - benjol saja, gatal gatal
tidak ada. Jadi si Gabriel ini juga heran dengan penyakit yang ia derita. Penyakit yang
beliau derita selama ini tidak berhubungan dengan masalah limbah perusahan NHM. Berita
beberapa hari lalu di Malut Post itu
bohong saja, dia punya air minum saja aqua setiap hari. Kemudian dia kan tidak
pernah sampai ke Kobok. Memang kami punya
kebun ada di Kobok. Beliau Gabriel ini mulai dari SD sampai SMA tidak pernah ke Kobok, dulu masih
kecil pernah bawa dia ke Kobok tetapi itu NHM belum ada. Jadi anak saya ini menderita penyakit benjol - benjol
bukan karena limbah NHM. Kalau orang bilang bahwa anak saya menderita penyakit
benjol - benjol karena limbah saya
bisa tuntut. Jadi saya curiga bahwa anak saya mendapat penyakit ini adalah
orang santet.*
Nama :
Ruth Farenua
Umur :
38 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Balisosang
Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Status :
Sudah Menikah
Penderita Penyakit : Benjol – Benjol
Menurut Ibu Ruth Tarinua, beliau mengalami bengkak di bagian payudara.
Saya menderita penyakit
ini dari bulan September 2013. Awal penyakit ini muncul manucu (sakit) dan
langsung bengkak,
baru keras dan berbentuk seperti bisul. Saya mengobati penyakit ini hanya
dengan obat kampong.
Perna pergi berobat di manteri Rauf yang ada di Malifut untuk suntik. Awal
mulai sakit saya
tidak pergi untuk berobat di Puskesmas. Beliau juga menyampaikan pernah mandi
di sungai Kobok.
Sering mandi di situ karena kami berkebun di situ sampai bermalam beberapa hari disana. Selain itu juga
sering mengambil kerang yang ada di sungai Kobok untuk di konsumsi. Penyakit yang saya
derita ini muncul tiba – tiba. Saya sendiri pun tidak tahu bahwa ini penyakit apa.
Pemerintah Daerah Halut dan Perusahan tidak ada kepedulian
terhadap kami masyarakat yang mendapat penyakit benjol - benjol dan gatal-gatal. Bahkan
tidak perna memberikan batuan obat – obatan. Tidak ada sama sekali selama ini. Sekarang
penyakit yang saya derita sudah sembuh, tapi harus di obat terus dan berobatnya saya ke puskesmas
Malifut.*
Nama :
Adiel Anriko
Umur : 1 tahun 3 bulan
Tempat Tinggal dan : Desa Sosol
Lahir
Kecamatan : Malifut
Pekerjaan : -
Status : -
Penderita Penyakit : Benjol – Benjol
Menurut keterangan yang disampaikan oleh ibunya, penyakit
yang di derita Adiel Anriko itu hanya gatal-gatal biasa dan mulai muncul di
tahun 2013 ini. Jadi ketika penyakit ini muncul, hamper separuh badannya merah. Dia kayak mengandung
darah kotor. Saya sudah bawa Anriko ke Puskesmas, dokter yang periksanya bilang
ini penyakit alergi biasa, lalu di kasi salap dan pil atau kapsul untuk di gosok ke
badannya. Hanya dua malam saja langsung sembuh. Saya juga tidak tahu kalu penyakit
gatal - gatal atau alergi ini yang diderita anak saya ini akibat limbah. Kami di Sosol rata - rata
mandi di sumur. Masalah limbah saya tidak tahu.*
Nama :
Mohtar Ibrahim
Umur :
45 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Bukit Tinggi
Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
Kepala Desa
Status :
Sudah Menikah
Penderita Penyakit : -
Bapak Mohtar menjelaskan, bicara masalah limbah jelas ada,
sehingga pada akhirnya pendapatan masyarakat di nelayan juga sudah kurang. Bahkan juga hasil
tangkapan ikan terus menurun, ini beda sebelum perusahan masuk. Dulu di wilayah
ini dikenal dengan penghasil ikan ngafi (teri), tapi sekarang, setelah ada PT
NHM ikan teri sudah hilang dari teluk Kao. Yang dulunya cumi begitu banyak
sekarang sudah tidak ada lagi, bahkan udang pun sekarang sulit sekali untuk masyarakat dapat. Udang, dan
ikan sulit di dapat dan mati ini akibat dari limbah perusahan yang mengeluarkan lumpur begitu
banyak ke sungai yaitu sungai Ake Tabobo, sungai Kobok, dan anak sungai lainnya.
Kami sebagai masyarakat kecil ini hanya mendengar orang yang datang
bilang bahwa daerah ini sudah terkena
limbah, kami ikut - ikut saja begitu. Sekarang kami masyarakat Bukit Tinggi sudah mulai susah untuk memperoleh air bersih.
Bahkan sungai kobok dan sungai aketabobo sudah tidak bisa dikonsumsi.
Sebagian besar masyarakat Bukit Tinggi berkebun di area sungai Kobok dan
sungai Ake Tabobo. Jikalau pergi ke kebun harus membawa air dari rumah, ini kenyataannya
seperti itu. Memang disini ada warga yang mendapat penyakit gatal - gatal, cuma kami anggap
bahwa itukan penyakit biasa jadi tidak di ekspos ke media. Tapi masalah penyakit benjol -
benjol belum ada disini.
Sampai saat ini tidak pernah lihat Pemerintah Kabupaten
dan Provinsi punya perhatian yang serius terhadap warga yang mendapat penyakit, gatal-gatal
dan benjol-benjol di beberapa desa yang ada di Malifut. Apalagi perusahan turun sosialisasi
menganai pencemaran yang berhubungan dengan limbah saja tidak pernah. Seharusnya perusahan dan
pemerintah punya kewajiban
menyampaikan itu ke kami masyarakat sekitar tambang. Jadi saya ingin katakan
bahwa pemerintah jangan hanya mengambil hasil dari
investasi tambang, tapi tolong sampaikan kepada masyarakat bahwa keadaannya seperti ini.
Masalah pencemaran lingkungan seperti sungai itu kami sudah rasakan
dampaknya. Saya juga pernah sampaikan kepada masyarakat Bukit Tinggi setelah saya jadi kepala
desa. Saya mantan pekerja di NHM sebagai pengobor. Saya lihat langsung disaat penutupan
lubang Sam itu. Ukuran diameternya 4 x 4, jadi Sam ini ditutup dicampur dangan bahan kimia,
bahan kimia inilah disaat hujan dia mengalir ke sungai - sungai. Maka saya
sampaikan kapada masyarakat bahwa sungai Kobok dan Ake Tabobo tidak layak di konsumsi. Kerang
– kerang dan ikan yang ada di sungai ini tidak perlu lagi di konsumsi. Itu saya sampaikan ke
masyarakat *
Nama :
Sabri Adam
Umur : 40 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Matsa
Lahir
Kecamatan : Malifut
Pekerjaan : Kepala Desa
Status : Menikah
Penderita Penyakit : -
Wawancara dengan bapak Sabri
Adam pada tanggal 3 Desember 2013 di kediaman beliau, desa Matsa. Bapak Sabri memberikan
keterangan terkait dengan masalah pencemaran di Teluk Kao.
Menurut bapak Sabri Adam, bahwa persoalan pencemaran limbah Perusahan PT.
Nusa Halmahera
Minerals (NHM), akan mengorbankan masyarakat sekitar tambang, karena itu harus ada penelitan secara ilmiah.
Persoalan serius ini membutuhkan suatu kajian dan identifikasi yang betul tentang kondisi yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar tambang. Maka paling tidak dari bagian AMDAL, LSM atau
lembaga mana saja harus komunikasi dengan pihak NHM. NHM harus memberikan pembuktian yang jelas dan kuat
tentang AMDAL dan efek dari limbahnya itu.
Itulah yang seharusnya dilakukan karena memang kalau kita berpikir dengan
logika kasar saja, nanti kehadiran perusahan NHM akan terjadi pencemaran lingkungan di
wilaayh sekitar yang kita tinggali, Apalagi perusahan mengolah Emas dengan
menggunakan bahan - bahan kimia seperti
Merkuri dan Sianida. Berarti kan dampaknya sangat luar bisa dan besar terhadap masyarakat. Itu yang memang torang (kita) juga
sangat mengkhawatirkan kedepan akan terjadi seperti apa? Saya pikir kalau pipa bocor di tutup saja selesai. Tapi
yang menjadi persoalan adalah
tailing - tailing yang dibuat untuk penampungan limbah, masalah itu kita bisa
berlogika akan ada dua kondisi yang
terjadi, pertama pencemaran lewat udara dan yang kedua pencemaran lewat dasar laut.
Maka harus ada kekuatan yang memberikan tekanan dan
meminta kepada PT. NHM agar menjelaskan kondisi Tailing Dam yang ada di NHM yang
menjadi penampung limbah kemampuannya itu bagaimana. Perlu dicaritau seperti
apa mekanismenya. Beliau juga mengatakan tinggal bagaimana kita bicara AMDAL. Kami juga
khawatir kedepannya kalau ini tidak diantisipasi bagaimana generasi kita.*
Nama :
Kepas Lada
Umur :
53 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Sosol
Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
Sekdes Sosol
Status :
Menikah
Penderita Penyakit : -
Menurut penjelasan bapak Kepas Lada bahwa penyakit benjol - benjol dan
gatal-gatal mulai muncul dari tahun 2004. Perusahan NHM masuk disini dari tahun 1997.
Menurut pemahaman kami, penyakit benjol - benjol dan gatal - gatal ini disebabkan karena
masyarakat banyak, mengkonsumsi ikan di teluk Kao dan sering mandi di sungai Kobok. Sekarang
warga Balisosang sudah
tidak konsumsi air dari sungai Kobok padahal dulu dipakai untuk mandi, minum.
Bukan cuma itu,
di teluk Kao ini dulu tempatnya ikan ngafi (teri), sekarang sudah sulit bahkan
jarang untuk
dapat. Jadi kalau nelayan basoma (menangkap ikan) perginya sudah sangat jauh
dan harus pakai
motor laut jenis katinting, bahkan ke tempat ikan sekitar 2 jam setengah.
Kecurigan
kami masyarakat, pada saat hujan dan banjir perusahan membuang limbahnya mengikuti banjir dan hujan itu. Kami masyarakat
punya pemahaman bahwa apabilah penyakit ini tidak bisa diatasi dengan baik,
kedepan akan terjadi korban kematian. Pemerintah dan Perusahan selama
masyarakat mendapat penyakit benjol - benjol dan gatal – gatal, tidak ada
perhatian sama sekali. Terutama
memberikan bantuan kepada masyarakat berupa sembako pun tidak ada, kesehatan kratis itu hanya satu kali saja dan
dilakukan oleh perusahan terutama CSRnya. Itu dilakukan di Kao bulan september lalu. Yang saya khawatir jangan sampai
kedepan seperti kasus Buyat di
Sulawesi Utara.*
Nama :
Sarlota Mako
Umur :
45 Tahun
Tempat Tinggal dan : Dusun Waringin
Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
Kepala Dusun
Status :
Belum Menikah
Penderita Penyakit : -
Menurut beliau, masalah penyakit gatal - gatal itu memang
ada, tapi setelah munim obat dia sembuh, sedangkan benjol - benjol belum ada.
Dia juga menceritakan keadaan yang terjadi di dusun Beringin, bahwa beliau perna mandi di sungai
Ake Tabobo, lalu ada seorang kakek tua asalnya dari orang Manado yang sempat bilang ke dia bahwa
sungai Ake Tabobo ini sudah tercemar, jadi saya harus bikin sumur. Jadi mandinya
jangan terlalu lama dan jangan lagi di Ake Tabobo. Lalu saya tanya kenapa? Kakek tua itu bilang
katanya baru - baru ini ada tim dari NHM melakukan penelitian dan peneliti mengatakan bahwa
sungai Ake Tabobo ini sudah tercemar limbah, tapi limbahnya belum begitu nampak. Dampaknya itu
nanti sampai 5 - 8 tahun baru terasa. Begitu saya mendengar cerita itu saya langsung
sampaikan kepada warga dusun Beringin supaya jangan lagi mandi dan menggunakan air sungai Ake
Tabobo.
Lanjut dia, orang – orang Perusahan NHM setiap pagi biasa
turun di sungai Ake Tabobo untuk periksa airnya lalu mereka ambil dan di isi di botol aqua
kemudian dibawa untuk lakukan pemeriksaan. Mungkin mereka lihat bagaimana kondisi airnya
seperti apa. Saya sudah 8 tahun tinggal disini belum ada orang yang meninggal akibat
limbah perusahan. Di sungai Ake Tabobo ini kalau waktu hujan dan banjir, airnya berwarna merah
dan coklat bahkan macam - macam warnanya. Saya tanya di masyarakat, mereka menjawab ini
karena limbah perusahan NHM. Kata mereka
saat banjir dan hujan perusahan membuang limbahnya. Tetapi saya juga tidak tahu
limbah itu seperti apa, sementara sebagian
warga disini bilang itu adalah limbah. Beliau mengungkapkan bahwa saya pernah ikut orang pergi ke tempat pembuangan
limbah NHM. Saya lihat itu perusahan
NHM punya tempat pembuangan limbahnya luas dan besar sekali seperti telaga
(Danau). Jadi masalah ini masih dalam penilitian kita cari tahu. Kekhawatiran
saya kedepan akan seperti apa dampaknya
untuk generasi kita. Yang jelas dampak yang sekarang belum terlalu nampak di permukaan. Oleh karena itu
harus diantisipasi secara baik.*
Nama :
Loisa Koyoba
Umur :
46 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Balisosang
Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
Petani
Status :
Menikah
Penderita Penyakit : -
Menurut Ibu Ati Koyoba, hampir 99% kami masyarakat
Balisosang berkebun di Kobok. Kerang juga sudah tidak bisa di makan, termasuk juga ikan. Kami
juga sudah tidak bisa mancing di sungai Kobok. Jadi kami masyarakat Balisosang tinggal
menungu saatnya untuk mati. Mulai dari kecamatan Kao sampai Malifut kedapan akan seperti apa,
Pemerintah Daerah dan Perusahan harus turun ke lokasi agar melihat apa yang terjadi di
sungai Kobok. Supaya tahu kebun kelapa dan pisang milik kami sudah mati berapa pohon. Torang
(kami) punya tanaman subur bagimana, ikan
bagimana, kerang bagimana yang ada di sungai Kobok? Bagimana dengan kondisi air
bersih. Mereka harus turun langsung di
lapangan jangan cuma diatas lalu lihat saja.
Pemeritah kami disini susah menanggapi persoalan seperti ini. Rata - rata
masyarakat Balisosang berkebun di Kobok. Sebelum ada perusahan NHM, masyarakat Balisosang punya
kebun di Kobok
Pante. Tetapi karena masuknya perusahan NHM, maka kami memilih berpindah membongkar hutan baru untuk
lahan kebun. Masalahnya sungai Kobok sudah tercemar limbah sehingga sudah sulit mencari
kerang dan ikan disitu.
Beliau mengatakan bahwa kehadiran NHM, kalau bagi yang
kerja di perusahan itu mereka senang. Tapi kami yang berkebun paling merasa tergangu
dengan kehadirannya, karena mengakibatkan pencemaran sungai Kobok yang jadi tempat
hidup kami. Padahal sungai Kobok ini menjadi sumber kehidupan kami ketika kami di kebun,
bisa cari ikan, kemudian mandi, mencuci, minum, mencari udang. Tetapi saat ini
semua itu hilang direbut dan dirusaki oleh perusahan NHM. Kami masyarakat sangat menderita
dengan kehadiran NHM. Masalah air saja harus bawa dari kampong, padahal dulu
pergi ke kebun tidak perlu bawa air dari rumah, cuma tinggal ambil saja di
sungai kobok. Sekarang tidak bisa lagi.*
Nama : Desi Selano
Umur :
30 Tahun
Tempat Tinggal dan : Dusun Beringin, Desa Tabobo
Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Status :
Menikah
Penderita Penyakit : Gatal - Gatal
Wawancara dengan Ibu Desi Selano pada tanggal 1
Desember 2013 di kediaman beliau, dusun Beringin, desa Tabobo. Beliau salah satu korban yang
mengalami penyakit gatal – gatal.
Ibu Desi Selano mengatakan kalau sungai Ake Tabobo ini sudah tercemar
limbah perusahan PT. NHM. Kalau musim panas airnya sedikit jernih, itu masih bisa mandi, tapi
itu pun kami merasa badan semacam alergi dan gatal-gatal dan benjol-benjol, sebab perusahan
membuang limbahnya saat menuggu hujan dan banjir. Jadi kalau sungai Ake Tabobo ini sudah
keruh, kami hanya mengandalkan sumur untuk mencuci, tapi parigi ini hanya dipakai mencuci
tidak untuk minum. Untuk air minum itu kami terpaksa beli air gelong. Kalau sudah sulit kami
terpaksa minta air aqua di pos TNI/Brimob yang bertugas di NHM. Kalau perusahan membuang
limbahnya di sungai
itu warna air macam ketal dan kotor. Saya juga mendapat penyakit gatal-gatal
kaya alergi begitu.
*
Nama :
Frangking Namotemo
Umur : 53 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Balisosang
Lahir
Kecamatan : Malifut
Pekerjaan : Kades
Status : Menikah
Penderita Penyakit : -
Beliau menceritakan tentang pertemuannya dengan pihak
perusahan PT. NHM menyangkut masalah sosialisasi AMDAL. Dalam pertemua itu beliau
menyampaikan bahwa kalau kita berbicara awal kami punya air sungai Kobok itu dulu bersih
dan kita bisa ambil untuk minum. Tetapi akhir - akhir ini tidak lagi bisa di minum. Kalau
ada yang bilang sungai Kobok tidak beracun, kenapa kerang - kerang dan ikan - ikan mati.
Bahasa itu saya sampaikan kepada pihak NHM. Dari pihak perusahan mereka menjawabanya akan
berkoordinasi dengan BLH dulu dan akan turun ke lokasi untuk melakukan
sosialisasi ke masyarakat. Jadi kalau mau turun ke lokasi saya akan perintahkan kepada
masyarakat Balisosang agar pergi ke kebun semua supaya kita bisa saksikan keadaan yang
ada di Kobok.
Beliau menyampaikan sejauh ini PT. NHM dan Pemerintah
Daerah tidak memperhatikan kami masyarakat Balisosang. Pemrintah Daerah dan PT. NHM tidak
punya kepedulian terhadap kondisi yang ada di masyarakat terutama mengenai tercemarnya sungai
kobok.*
Nama :
Jaber Usman
Umur : 59 Tahun
Tempat Tinggal dan : Desa Tabobo
Lahir
Kecamatan : Malifut
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Penderita Penyakit : -
Wawancara dengan Bapak Jabir
Usman pada tanggal 02 Desember 2013 di kediaman beliau, Desa Tabobo. Beliau memberikan
keterangan terkait dengan dampak dari aktifitas PT NHM.
Bapak Jabir Usman mengatakan terdapat penyakit benjol - benjol dan gatal
– gatal disini. Yang jelas seperti itu karena mulai dari Tabobo, Balisosang, Bukit Tinggi dan
Dum - Dum itu berkebunya
di sungai Kobok. Disini yang dapat gatal - gatal memang banyak, tapi yang lain sudah berobat di Puskesmas
Malifut langsung sembuh. Ada yang pakai obat kampong. Penjelasan dari pihak
puskesmas, bahwa itu hanya penyakit kulit biasa. Padahal hampir semua warga di Tabobo mendapat
penyakit gatal - gatal tetapi sudah hilang karena berobat.
Ketiak kami mendapat penyakit gatal – gatal maka pergi ke RS dan pihak RS
hanya menyampaikan
kepada kami jangan makan ikan Es. Hasil pemeriksaan di RS mengenai penyakit yang kami derita, mereka
hanya bilang bahwa ini penyakit kulit biasa. Kami orang Tabobo sudah takut apa yang ada di sungai
Kobok, karena bukan hanya limbah perusahan tapi juga limbah warga yang ada di dusun
Beringin seperti kotoran manusia dan sampah-sampah warga di buang lewat sungai tabobo.
Pemerintah Daerah dengan pihak Perusahan tidak punya
kepedulian terhadap masyarakat yang mendapat penyakit benjol - benjol dan gatal - gatal. Kami
masyarakat merasa kehadiran perusahan PT. NHM ini hanya membuat kita susah.
Kenyataanya sungai Kobok dan sungai Tabobo tidak bisa di konsumsi lagi sekarang.*
Nama : dr. Sari Juwita
Umur :
25 Tahun
Tempat Tinggal dan : Jakarta/
Lahir
Kecamatan :
Malifut
Pekerjaan :
dr. Umum
Status :
Belum Menikah
Wawancara dengan dr. Sari
Juwita pada tanggal 6 Desember 2013, di Puskesmas Malifut. Keterangan yang beliau
sampaikan terkait dengan penyakit – penyakit yang diderita oleh masyarakat
Menurut keterangan beliau, bahwa selama penyakit yang dia tangani disini itu
masyarakat sekitar tambang hanya mendapat penyakit benjol - benjol dan gatal – gatal biasa.
Seperti penyakit kulit jamur, tetapi kalau benjol-benjol karena penyebab dari
limbah perusahan PT. Nusa Halmahera Minerals(NHM),
kami belum temukan. Masyarakat yang ada di Malifut ketika berobat di Puskesmas ini penjelasan yang mereka sampaikan
kepada kami, bahwa seringkali mereka pulang dari kebun itu tidak mandi sehingga itu yang menyebabkan mereka
menderita gatal - gatal di leher
kemudian di garuk sampai merah dan alergi. Pada prinsipnya masyarakat belum
paham arti kesehatan.
Penyakit benjol-benjol akibat limbah perusahan, saya belum
pernah lihat. Hanya benjol-benjol biasa
saja seperti bisol, alergi dan Jamur. Setelah diperiksa jarang mereka bersihkan
badan mereka setelah dari kebun. Kami juga
belum pernah temukan penyakit gatal - gatal di seluruh badan, paling cuma di
tangan dan kaki. Selama ini, penyakit yang paling banyak kami temukan hanya itu, tapi sudah tertangani setelah di
berikan pil.
Menurut beliau, kami di Puskemas Malifut tidak punya
kapasitas dalam menentukan penyebabnya penyakit ini karena limbah atau tidak. Itu
bukan ranahnya kami, sebab itu harus ada pembuktian-pembuktian ilmiah. Kebanyakan masyarakat
disini aktifitas mereka itu di kebun, mandi saja dua tiga hari baru mandi ulang, itu gatal -
gatal tetap ada, itu menjadi persoalanya. Yang kami tahu hanya diagnosa jamur atau bakteri.
Tapi bagaimana cara mereka kena penyakit kami tidak tahu. Paling cuma itu untuk
penyakit kulit.
Dia menjelaskan bahwa penyakit yang diderita masyarakat
yang ditanganinya, karena limbah perusahan NHM itu tidak ada. Kalau kita disinikan pasien
datang sakit kita obati. Kita juga tidak tahu dia Alergi apa. Tapi kalau dia datang dan
mengeluh penyakitnya, kita obati dan diberikan pil, selesai sudah. Kami
tanyakan kepada mereka keterangannya, sering makan ikan
Es.
Kemudian penyakit alergikan banyak, ada yang alergi telur, alergi udang.
Rata-rata masyarakat
disini tidak tahu penyebab penyakit itu muncul, kalau kita kan tidak periksa
sampai ini
penyebabnya apa. Penyakit gatal - gatal dan benjol - benjol biasa ini kan,
hampir menyeluruh karena
sebagian ikan yang dikonsumsi itu adalah ikan Es. Kebanyakan selama ini
penyakit kulit yang
kami tangani hanya itu.
Beliau juga mengatakan, kadang - kadang masyarakat itu
tidak tahu, jadi prinsip mereka jikalau mandi di kali ketika ditanya, mereka jawab limbah.
Padahal mungkin karena lingkungannya yang tidak besih. Sebenarnya penyakit kulit itu,
prinsipnya hanya satu, adalah menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar kita. Orang disini
rata - rata tidak tahu bagimana rawat lukanya. *





















Tidak ada komentar:
Posting Komentar