Minggu, 17 Januari 2016

HOBY


halllo gan.. bagi yang merasa ganteng, merasa muda, setengah ganteng atau setengah muda, hehe dan punya hobi yang sama  berkebun dan otak-atik kebun coba buka site dibawah ini


https://id.pinterest.com/search/pins/?q=vertical%20garden&rs=rs&term_meta%5B%5D=vertical%7Crecentsearch%7C2&term_meta%5B%5D=garden%7Crecentsearch%7C2PINTEREST


Jumat, 08 Januari 2016

INVESTIGASI KORBAN LIMBAH PT. NHM


DATA INVESTIGASI KASUS PENCEMARAN LIMBAH DARI KEGIATAN
PERTAMBANGAN EMAS PT. NHM, TERHADAP MASYARAKAT ADAT
PAGU DAN MASYARAKAT LOKAL DI TELUK KAO
(Laporan investigas dibuat AMAN Malut dari tanggal 01 s/d 08 Desember 2013)
Nama                        : Yohana Sakolah
Umur                        : 70 Tahun
Tempat Lahir                      : Desa Dum-Dum
Tempat Tinggal                  : Dusun Kobok Pante, Kec.
Kao Teluk
Pekerjaan                        : Petani
Penderita Penyakit             : Benjolan di Muka

Wawancara dengan Ibu Yohana Sakolah dilakukan pada tanggal 02 Desember 2013, di Dusun Kobok, Desa Dum – Dum di kediaman beliau. Selain benjol – benjol tangan kanannya juga lumpuh total dan tidak bisa bicara, sehingga keterangan wawancara yang diambil diperoleh dari anak beliau yang bernama Kristina Buda.
Menurut keterangan anaknya, bahwa ibu Yohana Sakola mulai menderita penyakit benjol – benjol ini sekitar 6 – 7 bulan yang lalu. Awalnya, terlihat benjol-benjol kecil di hidungnya. Kami sekeluarga pun tidak tahu dan mengira itu hanya benjol-benjol biasa saja, tiba - tiba Mama (Tbu) merasakan seperti bisul di dalam langit-langit mulutnya. Kemudian bisul yang ada di dalam mulutnya itu pecah dan berdarah. Sekitar jam 11 malam, darah keluar dari mulut Mama dan itu yang pertama kali. Kami tidak tahu bahwa mulut mama sedang berdarah, sampai semprot keluar dari mulut. Malam itu juga saya dan saudara membawa Mama ke rumah sakit bergerak milik Pemerintah Daerah Halut. Pihak rumah sakit lalu memberikan pertolongan dengan berusaha menyetop darah yang keluar dari mulut mama. Darah yang keluar dari mulut mama itu sekitar tiga (3) ember. Yang aneh itu setelah mama diperiksa, pihak rumah sakit mengatakan bahwa mama terkena penyakit darah tinggi. Kami sangat heran dan bingung dengan hasil pemeriksaan di rumah sakit itu, masa darah yang keluar dari mulut mama sampai tiga ember itu dibilang darah tinggi (hippertensi) ujar anaknya. Setelah kondisi mama sedikit membaik, kami balik ke rumah (Dum – Dum). Pihak rumah sakit bergerak menyuruh kami membawa mama ke rumah sakit umum Tobelo. Setelah berobat di Tobelo kondisi mama sedikit membaik, tapi hanya dua hari saja darahnya keluar lagi.
Menurut Kristina, mereka membawa ibunya untuk berobat di RSUD Tobelo sampai tiga kali berturut-turut namun penyakitnya tidak sembuh dan tetap bertambah parah. Pihak rumah sakit mengatakan korban harus diobat dengan menggunakan obat kampung. Adik saya minta obat kampong sampai di daerah Kecamatan Ibu (Halmahera Barat). Memang sembuh penyakit mama tapi luka yang ada di dalam langit mulutnya itu tidak sembuh. Kalau penyakit menyerangnya, muka mama bengkak. Terpaksa kami harus bawa lagi ke RSUD Tobelo berulang-ulang bahkan sampai baronseng. Pihak RSUD mengatakan ini merupakan penyakit kangker yang tidak bisa disembukan, harus bawa ke Rumah Sakit Manado.
Mama hanya terkena penyakit benjol-benjol, tidak ada gatal – gatal. Beliau menderita penyakit benjol-benjol kurang lebih sudah tiga tahun, terakhir mama tidak bisa bicara. Kami mengobati mama dengan obat kampong, sembuh tapi kemudian kembali lagi penyakitnya. Sampai sekarang mama hanya seperti ini, tidak bisa bicara, setiap kami membawanya di Rumah Sakit, penjelasan mereka hanya penyakit kangker yang sudah para sekali, tidak bisa di operasi di Tobelo harus ke Manado. Katanya tidak ada dokter yang menangani penyakit seperti itu, penyakit ini mulai diderita mama dari tahun 2009 sampai 2013. Mama juga banyak mengkonsumsi obat kampong tapi tidak sembuh. Penyakit ini di pertama kali mama dapat ketika tinggal di Baliso sang (Tomabaru), karena mama kan pernah menikah disana. Bersama suaminya mereka berkebun di Kobok Pante, jadi mama sering mandi, ambil kerang dan mengkonsumsi ikan dari sungai Kobok tersebut. Karena waktu itu tidak ada air bersih jadi walaupun limbah mereka tetap mengunakan sungai kobok. Tidak ada air sungai yang lain selain sungai Kobok. Pokoknya mandi, minum, itu di sungai Kobok yang mereka gunakan. Setelah berpisah dengan suaminya, dia (Mana) balik ke Dum - Dum membawa penyakit benjol-benjol ini.
Menurut Krisitina sebelum benjol - benjol ini muncul pertama yang dialami mama adalah, gangguan pernapasan dan menimbulkan bau yang tidak sedap setiap mama bernapas. Bukan hanya itu saja, hidungnya mama seperti tidak berfungsi lagi mencium sesuatu yang bau. Lanjut Kristina, yang saya lihat selama ini perusahan Nusa Halmahera Mineral (NHM) tidak ada perhatian apa - apa terhadap mama dan masyarakat sekitar tambang yang menderita penyakit benjol – benjol. Perusahan cuma menyediakan air bersih karena perusahan sudah tahu bahwa sungai Kobok dan Ake Tabobo tidak di konsumsi lagi oleh kami yang tinggal di Kobok ini.
Masalah penyedian air bersih ini juga karena kami melakukan demontrasi lebih dulu bahkan sampai palang jalan, setelah itu baru perusahan berikan air bersih kepada kami. Pemerintah Daerah pernah memberikan air bersih kepada kami di Kobok tapi tidak berfungsi air bersihnya, kesimpulanya adalah antara perusahan dan pemerintah daerah tidak ada perhatian yang serius


terhadap kami. Kalau misalnya ada perhatian kami yang hidup di Kobok ini pasti tidak seperti ini kehidupan kami.
Penjelasan terakhir dari Kristina Buda, bahwa kehadiran perusahan PT. NHM hanya membuat masyarakat menderita dan saya tidak suka kehadiranya. Tapi suka dan tidak suka, saya bersabar saja. Karena pemerintah daerah kita sudah menerima perusahan NHM itu, kita masyarakat tidak bisa berbuat banyak. Apalagi kita ini hanya masyarakat kecil yang tak punya kuasa, tidak seperti pemerintah. Menurut beliau perusahan juga melakukan pemukulan terhadap warga yang mengambil besi tua di tempat pembuangan limbah.*


Nama                       : Hofni Dagi
Umur                       : 65 Tahun
Tempat Tinggal                       : Desa Balisoang
dan Lahir
Kecamatan                     : Malifut
Pekerjaan                       : Petani
Status                              : Sudah menikah
Penderita Penyakit : Gatal - Gatal


Wawancara dilakukan pada tanggai 01 Desember 2013, di kediaaman Bapak Hofni Dagi, Desa Balisosang (Tomabaru). Bapak Hofni Dagi adalah salah satu penderita penyakit gatal – gatal.
Menurut bapak Hofni Dagi, beliau menderita penyakit gatal – gatal. Yang pertama alami itu saya sendiri sampai saat ini gatal-gatalnya masih ada. Di Desa Balisosang yang mendapat penyakit gatal - gatal dan benjol-benjol sekitar 5 - 6 orang. Waktu itu ada dari LSM Walhi yang sudah mengambil gambar kami dan dari dinas Kesehatan juga pernah turun disini. Tetapi yang menderita penyakit gatal - gatal dan benjol-benjol sampai meninggal akibat pencemaran limbah Perusahan NHM belum ada. Penyakit benjol - benjol sebelum adanya perusahan memang ada. Waktu survey di tahun 2010 saat pipa PT. NHM bocor yang disaksikan langsung oleh kepala desa Balisosang dan sekertaris di Kobok. Olehnya itu, kami masyarakat desa Balisosang berpikir bahwa penyakit gatal-gatal dan benjol-benjol adalah berasal dari pipa tailingnya NHM, faktanya seperti itu. Beliau juga mengungkapkan, termasuk ikan-ikan yang ada di sungai Kobok menjadi mati, kerang juga mati tidak ada isinya lagi kenyataan yang ada seperti itu.
Jenis penyakit yang saya alami hanya gatal - gatal sampai saat tidak sembuh. Kami masyarakat alami dan rasakan saat ini adalah akibat dari pencemaran di sungai Kobok yang dilakukan oleh perusahan NHM. Di tahun 2010 ketika pipa NHM bocor, dari pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH), pernah turun dan kroscek di lokasi sungai Kobok tetapi tidak ada penjelasan yang jelas sampai saat ini.
Beliau mengatakan bahwa dia menderita penyakit gatal-gatal sudah lama, sudah memasuki 2 tahun. Ini sudah diketahu oleh petugas kesehatan Malifut dan RS Bergerak, tapi tidak ada penjelasan yang jelas apakah penyakit gatal - gatal ini penyebabnya apa. Penyakit ini muncul karena memang sebagian masyarakat di desa Balisosang berkebun di dekat sungai Kobok, jadi kami sering mandi di situ, karena tidak ada air lain. Kadang-kadang kalau kehabisan air minum yang kami bawa dari rumah, terpaksa harus ambil air sungai Kobok untuk minum. Sungai Kobok kalau musim panas dia sedikit jernih, tapi kalau hujan dan banjir menjadi keruh dan berwarna kaya merah dan coklat serta menimbulkan bau busuk yang luar biasa hampir kita tidak bisa cium.


Kemudian airnya seperti bermiyak. Saat ini sungai Kobok, airnya sudah tidak bisa dipakai lagi.
Menurut dia piihak pemerintah sudah ada upaya penangulangan yang berhubungan dengan kesehatan, dikasi obat kepada masyarakat, seperti pihak Rumah Sakit Bergerak, Puskesmas Malifut. Kalau di pihak perusahan selama kami menderita penyakit ini, mereka hanya turun foto - foto saja tetapi tidak ada tindakan aksi nyata atau realisasinya tak ada sama sekali terhadap masyarakat. NHM tidak peduli dengan kasus di masyarakat ini. Pihak NHM tidak mengakui bahwa limbah ini sumbernya dari aktifitas pertambangan mereka. Dengan menderita penyakit ini pernah berobat di Puskesmas Malifut, memang sembuh tapi saat balik dan ke sungai Kobok, tidak lama penyakitnya muncul lagi. Kami kalau ke kebun kan harus lewat sungai Kobok jadi harus berenang di sungai tersebut.
Penjelasan lagi dari beliau, bahwa pihak perusahan melakukan penanggulangan air bersih, tapi sampai saat ini kami masyarakat tidak nikmati. Yang berhubungan dengan CSR atau bisa dikatakan tanggungjawab social perusahan, padahal torang masyarakat Balisosang sudah pasang pipa di rumah – rumah, teryata air bersih tak kunjung tiba. Kami masyarakat disini kalau mau pergi ke kebun di Kobok, harus bawa air aqua dari rumah.
Penyakit yang dirasahkan warga juga bukan cuma benjol – benjol dan gatal - gatal saja, kadang kalah ada yang sakit perut, karena saat kehabisan air yang di bawa dari rumah masyarakat terpaksa ambil air di sungai Kobok. Tetapi tidak membahayakan sampai meninggal, tapi yang menjadi kekhawatiran kami masyarakat itu adalah kedepan akan seperti apa generasi kita. Itulah yang torang masyarakat pikir jangka panjang kesananya seperti apa. *


Nama                           : Sara Robo
Umur                           : 70 Tahun
Tempat Tinggal dan                    : Desa Balisoang
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                            : Petani
Status                                   : Belum Menikah
Penderita Penyakit                       : Benjol – Benjol dan Gatal -
Gatal
Wawancara dengan Ibu Sara Robo dilakukan pada tanggal 01 Desember 2013 di kediaman beliau Desa Balisosang. Ibu Sara Robo merupakan salah satu penderita penyakit benjol – benjol.
Menurut ibu Sara, penyakit yang dia derita adalah benjol – benjol, gatal-gatal dan bengkak­bengkak, yang muncul di kaki, tangan, badan dan bulat – bulat seperti bola kelereng. Baru rasanya gatal sekali. Saya menderita penyakit ini sudah satu tahun, mulai dari tahun 2012 sampai 2013. Tidak semua di badan saya tapi yang rasa gatal itu cuma di kaki dan tangan. Beliau mengungkapkan bahwa dia mendapat penyakit benjol - benjol dan gatal-gatal ini karena penyebabnya adalah sungai Kobok yang berdekatan dengan kebun, dan mengambil kerang di sungai Kobok untuk di makan. Apalagi di sungai Kobok itu kan limbah perusahan PT. NHM dibuang. Penyakit ini muncul di saya karena limbah perusahan NHM.
Ibu Sara menceritakan awal penyebab menderita penyakit benjol - benjol dan gatal-gatal, ini saat mereka tidur di kebun yang dekat dengan sungai Kobok. Baru sungai ini menjadi sumber penghidupan masyarakat yang berkebun disitu, untuk mencari makanan dan minum misalnya ikan, kerang, minum, mandi dan lain sebagainya. Saya mendapat penyakit ini karena aktifitas saya sehari di sungai Kobok itulah. Masalahnya kami masyarakat kan tidak tahu bahwa di sungai Kobok ada limbah atau tidak. Sekarang perusahan NHM sudah melarang mengkonsumsi air di sungai Kobok.
Beliau mengungkapkan selama kami masyarakat di Desa Balisosang mendapat penyakit gatal­gatal dan benjol-benjol, perhatian Pemerintah Daerah dan Perusahan tidak ada sama sekali atas peristiwa saat ini. Menurut beliau sebagaian besar masyarakat disini mengkonsumsi ikan yang di tangkap dari teluk Kao. Itu juga factor yang menyebabkan kami masyarakat sekitar tambang


mendapat penyakit gatal - gatal dan benjol – benjol. Dulu sebelum perusahan datang kami perna bisul – bisul, tapi setelah minum obat langsung sembuh. Sekarang dengan adanya perusahan NHM, penyakit yang kami alami berobat di Puskesmas dan Rumah Sakit Bergerak bahkan minum obat pun tidak sembuh. Saya sendiri di kasi salap oleh Rumah Sakit, tetapi ketika saya oleskan di bagian yang gatal, gatal-gatalnya bertambah, maka saya tidak pakai lagi salap yang diberikan itu.
Dengan keadaan yang terjadi seperti sungai Kobok yang tidak bisa lagi dipakai oleh kami masyarakat, maka perusahan bikin air bersih tetapi air bersih yang dibuat oleh pihak perusahaan sampai saat ini tidak jalan. Beliau juga menjelaskan ketika mendapat penyakit ini, yang ia rasakan adalah seluruh badannya terasa sakit dan gatal-gatal dan menderita sepanjang hari. Perhatian perusahan dan pemerintah daerah selama ini tidak ada. Menurutnya kehadiran perusahan PT. NHM hanya menyiksa masyarakat kecil seperti kami.
Saya tidak suka kehadiran perusahan selama ini. Penyakit benjol - benjol dan gatal - gatal ini sudah 3 kali saya berobat di RS Bergerak. Di operasi benjol - benjolnya tetapi tida ada nananya. Keterangan dari dokter, katanya ini hanya penyakit kulit. Saya juga heran masa penyakit kulit, kita pakai obat kampong dan obat medis tidak pernah sembuh. *


Nama                            : Sukardi
Umur                           : 23 Tahun
Tempat Tinggal dan                    : Desa Tabobo
Lahir
Kecamatan                           : Malifut
Pekerjaan                             : Petani
Status                                   : Sudah Menikah
Penderita Penyakit                        : Benjol – Benjol dan Gatal –
Gatal


Wawancara dengan Bapak Sukardi pada tanggal 03 Desember 2013 di kediaman beliau, Desa Tabobo. Belian menderita penyakit benjol – benjol.
Menurut Sukardi ia menderita penyakit yang gejalanya muncul dipermukaan kulit berupa benjolan beberapa anggota tubuh, sekitar 6 bulan yang lalu (2013). Jenis penyakit yang awal pertama muncul itu bengkak kecil, jadi saya kira hanya bengkak biasa seperti bengkak babi. Tetapi lama - lama sekitar 6 bulan saya kasi biar begitu padahal bukan bengkak biasa. Saya juga tidak tahu entah ini penyakit apa. Sekitar 6 bulan memakai obat kampong, memang sembuh tapi habis itu muncul lagi. Baru penyakit benjol - benjol yang saya alami ini berpidah – pindah ke beberapa tempat di bagian leher. Saya pernah berobat di Puskemas Malifut, penjelasan mereka itu adalah pengaruh gigi. Tidak ada pejelasan yang jelas dari pihak Puskesmas kepada saya bahwa penyakit apa yang saya derita. Jadi pihak Puskesmas bilang katanya pengaruh gigi, mereka memberikan obat Ampeselin untuk minum.
Saya perna mandi di sungai Kobok, termasuk makan ikan di sungai tersebut. Saat saya mau menambang harus naik - turun lokasi dan melewati sungai Kobok. Kemudian sering ambil air di sungai untuk di minum. Sebagian masyarakat disini hampir tiap hari mengkonsumsi ikan di Teluk Kao. Penyakit benjol - benjol ini saya juga tidak tahu tiba-tiba muncul. Saya tidak tahu bahwa ini penyakit apa. Yang jelas saya pernah mandi di sungai kobok, dan minum airnya.
Beliau mengatakan bahwa selama ini penyakit benjol-benjol yang saya derita, pemerintah bilang nanti bikin profosal di perusahan NHM untuk operasi. Sampai saat ini tak kunjug tiba atau bikin kesehatan gratis pun tidak ada. Jadi kesimpulanya adalah antara perusahan dan pemerintah sama mereka, tidak ada kepedulian terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar tambang. Dia juga tidak suka dengan kehadiran perusahan PT. Nusa Halmahera Mineral (NHM).*


Nama                           : Gaspar Mudukur
Umur                           : 47 Tahun
Tempat Tinggal dan                    : Desa Balisosang
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                            : Petani
Status                                  : Sudah Menikah
Penderita Penyakit                       : Gatal – Gatal


 Wawancara dengan Bapak Gaspar Mudukur dilakukan pada tanggal 5 Desember 2013 di Kebun beliau yang ada di Kobok Pante. Jenis penyakit yang beliau alami adalah gatal – gatal di sekujur kaki
Beliau menderita penyakit gatal - gatal ini sudah 5 bulan lamanya (2013). Pertama mendapat penyakit gatal - gatal itu karena kerja kelapa (kopra) di kebun yang dekat dengan sungai Kobok. Dari situlah penyakit gatal - gatal itu muncul. Beliau mengatakan bahwa selama mendapat penyakit gatal - gatal tidak pernah berobat, alasannya tidak ada kartu jamkesmas. Jadi kalau mengobati untuk mengurangi rasa gatal itu hanya dengan minum pil Sunsisli atau obat kampung ditempel dengan daun - daun kayu obat. Minum pil itu juga sembuhnya tidak lama. Setelah itu gatalnya muncul lagi, tidak sembuh total. Saya sering mandi di sungai Ake Tabobo dan sungai Kobok itu yang bikin saya terkena penyakit ini. Dua sungai ini yang sekarang tidak bisa di konsumsi lagi, waktu itu kan saya tidak tahu bahwa sungai Kobok dan Ake Tabobo tercemar oleh limbah perusahan PT. NHM.
Apalagi masyarakat biasa seperti kami ini sulit berobat di puskemas terus. Obat kampung juga saya sudah coba tapi tetap gatal, kadangkala kaki saya jadi bengkak. Yang jelas penyakit gatal - gatal ini muncul sebabnya adalah saya mandi di sungai Ake Tabobo dan sungai Kobok.
Bapak Gaspar Mudukur menjelaskan tidak ada perhatian yang serius antara Pemerintah Daerah Halmahera Utara dan Perusahan NHM terhadap kami masyarakat yang penyakitan. Pihak perusahan penyedian air bersih di Balisosang tapi tidak jalan sampai hari ini.*


Nama                           : Permenas Cando
Umur                           : 65 Tahun
Tempat Tinggal dan                    : Desa Balisosang
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                            : Petani
Status                                  : Sudah Menikah
Penderita Penyakit                       : Benjol – Benjol


Wawancara dengan Bapak Permenas Cando dilakukan pada tanggal 01 Desember 2013 di kediaman beliau Desa Balisosang. Beliau merupakan salah satu dari warga yang terkena penyakit benjol – benjol.
Menurut beliau bahwa masyarakat di Balisosang mendapat penyakit benjol - benjol termasuk saya sendiri, dari tahun 2011 sampai 2013, jadi kami mendapat penyakit ini sudah lama. Sekarang kami masyarakat Balisosang yang lain tidak berani dan takut ke kebun yang berdekatan dengan sungai Kobok. Persoalan pencemaran limbah PT Nusa Halmahera Mineral (NHM) ini kan sudah lama. Laporan dari masyarakat sudah masuk di Pemerintah Daerah Halmahera Utara, tapi begitulah pemerintah kita saat tidak perduli dengan hal-hal yang dihadapi masyarakat di lingkar tambang. Torang (kami) disini pergi ke kebun, cuma tidak bisa turun lewat sungai Kobok lagi, kalau paksa lewat sungai, kaki torang (kami), tangan, badan, semua menjadi gatal.
Tahun 2010 Walhi pernah melakukan penelitian di sungai Kobok. Yang jelas saya mendapat penyakit gatal - gatal ini akibat dari limbah perusahan PT. NHM karena pernah mandi di sungai Kobok. Ini merupakan fakta bahwa sungai Kobok sekarang tidak bisa lagi dikonsumsi oleh masyarakat. Masyarakat disini setiap hari konsumsi ikan dari teluk Kao. Penyakit gatal - gatal ini muncul karena limbah NHM. Tidak mungkin kalau tidak ada limbah penyakit ini muncul. Dulu sebelum adanya perusahan NHM, masyarakat dapat gatal - gatal tapi diobati dengan obat kampung atau minum pil langsung sembuh total. Tapi penyakit yang sekarang diderita oleh warga, menggunakan obat medis atau obat kampung juga tidak pernah sembuh lagi. Lain itu sembuh tapi tidak lama penyakitnya muncul lagi.
Buktinya dulu di teluk Kao ini tempat ikan ngafi (ikan teri), tapi sekarang mana ikan ngafi, tidak
ada lagi berarti. Itu kan limbah NHM yang buat ikan ngafi tidak ada sekarang. Masalah yang
dihadapi masyarakat saat ini yang berhubungan dengan penyakitan, benjol - benjol dan gatal –


gatal, tidak ada sama sekali perhatian Pemerintah Daerah Halut dan Perusahan. Terhadap kami masyarakat di lingkar tambang kemudian mengenai persoalan ini juga sudah ada laporan beberapa kali di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Halut. Mereka mengatakan bahwa sungai Kobok tidak ada pencemaran limbah dan tidak apa-apa. Jadi kami masyarakat membuat laporan kesana percuma saja tidak ditanggapi serius. BLH ada turun ke lokasi berapa kali mereka menyapaikan tidak ada pencemaran di teluk Kao dan sekitarnya. Saya pernah berobat di Puskesmas Malifut dan Rumah Sakit Bergerak, hasil pemeriksaan dijelaskan bahwa ini merupakan dampak dari limbah NHM. Saya tidak suka dngan kehadiran perusahan NHM karena hanya menyengsarahkan masyarakat. *


Nama                           : Alm. Laher Kote - Kote
Umur                           : 76 Tahun
Tempat Tinggal dan       : Desa Dum – Dum Lahir
Kecamatan                        : Kao Teluk
Pekerjaan                          : Petani
Status                                 : Sudah Menikah
Penderita Penyakit                : Benjol – Benjol dan Gatal –Gatal


Fobo: Anaknya Tbu Laher Kobe - Kobe
Keterangan tentang ibu Laher Kote – Kote diperoleh dari anaknya Yokbet Imayu. Ibu Laher sudah meninggal dunia pada tahun 2013. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 2 Desember 2013 di kediamanya Desa Dum – Dum. Ibu Laher Kote Kote merupakan salah satu penderita penyakit benjol – benjol di payudara.
Menurut anaknya bahwa awal penyakit benjol-benjol muncul di ibu Laher adalah benjol-benjol kecil di payudara. Terus buang air besar, keluarnya darah dan sudah perna berobat dengan obat kampong. Mungkin sekitar satu bulan sembuh penyakitm tapi setelah itu muncul lagi benjol­benjol di tempat yang sama. Kemudian kami periksa payudaranya, ternyata ada darah. Kalau bisul kan dia pecah, tapi ini keras sekali.
Mama saya menderita penyakit benjol - benjol di payudara itu dari tahun 2012 sampai 2013. Kami membawanya di RS dan mendapat penjelasan dari pihak RS bahwa ini adalah penyakit kangker. Begitu banyak darah yang keluar dari payudaranya. Dia juga merasakan kepalanya mulai pusing. Segalah obat sudah dipakai tapi tetap tidak bisa. Dari situ dia tidak bisa makan, semua makan diberikan tidak bisa hanya minum air saja. Seluruh badanya terasa sakit. Dia terbaring di atas tempat tidur sekitar 9 bulan. Mama saya meninggal pada tanggal 1 oktober 2013. Saat meninggal kondisinya sangat parah, mulai dari kepala, tulang dan badannya karena benjol – benjol itu
Beliau menderita penyakit benjol - benjol pertama kali karena mengkonsumsi ikan yang ada di teluk Kao. Mama saya juga pernah mandi dan minum air sungai Kobok. Perhatian Pemerintah Halut dan pihak perusahan tidak perna sama sekali, mulai dari mama masih hidup sampai meninggal dunia. Tidak pernah ada bantuan yang berhubungan dengan kesehatan atau berupa


bantuan apapun tidak ada sama sekali. Waktu belum meninggal kami perna bawa beliau ke daerah Akesahu untuk berobat. Berobatnya dengan obat kampong. Penjelasan dorang (mereka) katanya mama ini menderita penyakit kangker. Kemudian kami lanjutkan bawa berobat lagi di Sosol, masih dengan obat kampong, ada dokter yang datang periksa penyakitnya menjelasakan bahwa ini kangker.
Di Puskesmas Malifut manteri Rauf yang obati mama, cuma datang dua kali saja, setelah itu sudah tidak muncul lagi sampai kami kembali ke Dum-Dum. Penyakit mama bertambah parah bahkan sudah tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Berobat di puskesmas Dum - Dum Pante sekitar 7 kali tapi tidak sembuh. Sementara berobat di Puskesmas Malifut hanya satu kali tidak sembuh juga.*


Nama                            : Ferdi Nance Jempormase
Umur                            : 23 Tahun
Tempat Tinggal dan                     : Desa Sosol
Lahir
Kecamatan                           : Malifut
Pekerjaan                             : Tukang Ojek
Status                                    : Belum Menikah
Penderita Penyakit                        : Benjol – Benjol
Wawancara dengan Bapak Ferdi dilakukan pada tanggal 1 Desember 2013 di kediaman orang tua beliau, Desa Sosol. Beliau menderita penyakit benjol – benjol di leher dan telinga
Beliau menjelaskan bahwa penyakit benjol – benjol yang dialami mulai pertengahan desember 2012 sampai 2013. Muncul itu berupa benjol – benjol kecil setelah itu menjadi besar, mulai rasa panas, bengkak dan sakit. Bahkan perna berobat di puskemas Malifut dan RSUD Tobelo. Puskesmas hanya memberikan obat dan suntik. Menurutnya dia sediri pun tidak tahu bahwa penyakit yang di derita ini akibat limbah atau tidak. Beliau juga mengungkapkan hampir setiap hari konsumsi ikan dari teluk Kao.
Sedangkan operasi penyakit ini di RSUD Tobelo, pihak RS tidak memberikan hasil operasinya seperti apa. Mereka justru merujuk ke RSUD di Manado. Pemeriksaan di RSUD Manado mengatakan bahwa ini adalah penyakit TBC Kelenjar yang sudah infeksi pada Dekoke - Dekoke itu menjadi bengkak. Dia juga menceritakan di Sosol ini yang menderita penyakit benjol - benjolan ini kami tiga orang, pertama itu saya, Gabriel Toloa, Angki. Saya tidak bisa pastikan bahwa penyakit saya ini akibat limbah atau tidak.*
Nama                           : Merina Temo
Umur                           : 23 Tahun
Tempat Tinggal dan                    : Desa Sosol
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                           : Ibu Rumah Tangga
Status                                  : Sudah Menikah
Penderita Penyakit                       : Benjol – Benjol


 Wawancara dengan Ibu Merina Temo pada tanggal 2 Desember 2013, di kediaman beliau Desa Sosol. Beliau menderita penyakit benjol - benjol
Merina mengungkapkan menderita penyakit benjol - benjol sejak bulan November 2013. Dia juga biasa konsumsi ikan yang diambil dari sungai Kobok. Dengan keadaan terpaksa harus makan ikan di sungai Kobok, karena menurut dia banyak orang Basoma di sungai Kobok. Pertama penyakit ini muncul saya masih batoto (menyusui anak saya), kemudian saya pergi ke­Gayok, mungkin karena lama tidak menyusui anak jadi payudara saya jadi keras sekali seperti batu. Dari situ mulai merasa sakit dan tidak hilang, muncul lagi semacam bisul. Bisul itu pecah dan manucu (sakit), kemudian saya minta obat kampong yaitu daun-daun kayu. Berobat juga di dokter Hengki, beliau hanya berikan pil. Dokter Hengki sediri menjelasakan harus minum dulu pil tersebut kalau tidak sembuh baru balik lagi. Dokter Hengki tidak bilang bahwa ini akibat limbah perusahan NHM.
Ibu Merina sendiri belum perna mandi di sungai Kobok, tapi makan ikan yang berasal dari sungai Kobok. Memang saat ini kami dengar – dengar cerita sungai kobok sudah tercemar limbah. Cuma kan sebagian besar masyarakat di sini masih basoma (menangkap ikan) di teluk Kao dan Kobok Pante. Sekarang sebagaian masyarakat tidak mengkonsumsi ikan di sungai Kobok.
Penyakit benjol – benjol yang manucu (sakit) hanya diobati dengan obat kampong dan berobat di Dokter Hengki saja langsung sembuh. Perhatian Pemerintah Daerah Halut dan Perusahan ketika kami masyarakat yang mendapat penyakit benjol - benjol dan gatal-gatal tidak ada sama sekali. Kehadiran Perusahan NHM bagi saya banyak menimbulkan masalah kesehatan.*


Nama                           : Alm. Gabriel Toloa
Umur                           : 23 Tahun
Tempat Tinggal dan                    : Desa Sosol
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                            : Mahasiswa
Status                                   : Belum Menikah
Penderita Penyakit                       : Benjol – Benjol
Alm. Gabriel meninggal dunia pada bulan November 2013, sehingga keterangan yang diperoleh dalam wawancara ini dari Bapak beliau di kediaman pribadi, Desa Sosol. Wawacara dilakukan pada tanggal 5 Desember 2013.
Menurut keterangan bapak Imanuel Toloa (orang tua Alm. Gabriel), bahwa sakit pertama itu beliau dapatnya di Yogyakarta. Seluruh badannya rasa sakit, dengan kondisinya seperti itu dia ingin pulang ke kampong halaman, setelah pulang kampong dia berobat dengan obat kampong kondisinya sedikit membaik. Kemudian beliau ingin balik ke Yogyakarta karena tuntutan akademik di kampus yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN), lalu saya sebagai orang tua antar dia ke Jagja. Sampai disana di Yogyakarta 2 bulan beliau rasa perutnya sakit, maka masuk RSUD PANTERAPI Yogyakarta. Hasil yang disampaikan adalah deman berdarah. Di RSUD Yogyakarta bilang demam berdarah tetapi beliau tidak bisa duduk dan perut sakit, kemudian bagian perut juga bengkak. Lalu saya ambil kesimpulan dipulangkan ulang ke kampong. Sejak dari Yogyakarta dia dipangku oleh saudara dan calon kawinya. Sampai di Desa Sosol, saya minta itu obat kampong dikase minum. Dia sembuh sedikit, beliau bilang dia harus balik ke Yogyakarta lagi. Lalu saya panggil kepala Puskesmas, Manteri Rauf untuk suntik beliau, setelah di suntik Manteri Rauf pulang ke rumah.
Dia cerita sama saya katanya ada satu malam lehernya mau di ramas saat tidur. Jadi penyakit anak saya ini karena santet. Dua minggu disini saya kase pulang ke Yogyakarta. Sampai di Yogyakarta Gabriel masuk di kos - kosan langsung sakit, seluruh badannya sakit dan bengkak mulai dari kaki sampai seluruh badan. Masuk ke RSUD Yogyakarta tapi hasilnya tidak ada penyakit, sedangkan seluruh badannya sakit.


kesehatan tidak ada penyakit. Hanya saja ada benjolan, di pihak RSUD menyampaikan bahwa ini penyakit kangker otak. Penyakit benjol - benjol yang dia derita itu tidak sama dengan bisul, kan bisul itu pica sedangkan ini tidak pica cuma hanya ada nananya di pinggir - pinggir saja.
Jenis penyakit yang dia derita hanya benjol - benjol saja, gatal gatal tidak ada. Jadi si Gabriel ini juga heran dengan penyakit yang ia derita. Penyakit yang beliau derita selama ini tidak berhubungan dengan masalah limbah perusahan NHM. Berita beberapa hari lalu di Malut Post itu bohong saja, dia punya air minum saja aqua setiap hari. Kemudian dia kan tidak pernah sampai ke Kobok. Memang kami punya kebun ada di Kobok. Beliau Gabriel ini mulai dari SD sampai SMA tidak pernah ke Kobok, dulu masih kecil pernah bawa dia ke Kobok tetapi itu NHM belum ada. Jadi anak saya ini menderita penyakit benjol - benjol bukan karena limbah NHM. Kalau orang bilang bahwa anak saya menderita penyakit benjol - benjol karena limbah saya bisa tuntut. Jadi saya curiga bahwa anak saya mendapat penyakit ini adalah orang santet.*


Nama                           : Ruth Farenua
Umur                           : 38 Tahun
Tempat Tinggal dan                    : Desa Balisosang
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                           : Ibu Rumah Tangga
Status                                   : Sudah Menikah
Penderita Penyakit                       : Benjol – Benjol
Wawancara dengan Ibu Ruth Tarinua dilakukan pada tanggal 5 Desember 2013, di kediaman beliau desa Balisosang. Beliau mengalami gangguan kesehatan yakni penyakit benjol – benjol.
Menurut Ibu Ruth Tarinua, beliau mengalami bengkak di bagian payudara. Saya menderita penyakit ini dari bulan September 2013. Awal penyakit ini muncul manucu (sakit) dan langsung bengkak, baru keras dan berbentuk seperti bisul. Saya mengobati penyakit ini hanya dengan obat kampong. Perna pergi berobat di manteri Rauf yang ada di Malifut untuk suntik. Awal mulai sakit saya tidak pergi untuk berobat di Puskesmas. Beliau juga menyampaikan pernah mandi di sungai Kobok. Sering mandi di situ karena kami berkebun di situ sampai bermalam beberapa hari disana. Selain itu juga sering mengambil kerang yang ada di sungai Kobok untuk di konsumsi. Penyakit yang saya derita ini muncul tiba – tiba. Saya sendiri pun tidak tahu bahwa ini penyakit apa.
Pemerintah Daerah Halut dan Perusahan tidak ada kepedulian terhadap kami masyarakat yang mendapat penyakit benjol - benjol dan gatal-gatal. Bahkan tidak perna memberikan batuan obat – obatan. Tidak ada sama sekali selama ini. Sekarang penyakit yang saya derita sudah sembuh, tapi harus di obat terus dan berobatnya saya ke puskesmas Malifut.*


Nama                           : Adiel Anriko
Umur                           : 1 tahun 3 bulan
Tempat Tinggal dan                    : Desa Sosol
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                            : -
Status                                   : -
Penderita Penyakit                       : Benjol – Benjol



Keterangan penyakit Adiel Anriko diperoleh dari Ibunya Martina Kairatu di kediaman mereka, desa Sosol, pada tanggal 1 Desember 2013.
Menurut keterangan yang disampaikan oleh ibunya, penyakit yang di derita Adiel Anriko itu hanya gatal-gatal biasa dan mulai muncul di tahun 2013 ini. Jadi ketika penyakit ini muncul, hamper separuh badannya merah. Dia kayak mengandung darah kotor. Saya sudah bawa Anriko ke Puskesmas, dokter yang periksanya bilang ini penyakit alergi biasa, lalu di kasi salap dan pil atau kapsul untuk di gosok ke badannya. Hanya dua malam saja langsung sembuh. Saya juga tidak tahu kalu penyakit gatal - gatal atau alergi ini yang diderita anak saya ini akibat limbah. Kami di Sosol rata - rata mandi di sumur. Masalah limbah saya tidak tahu.*


Nama                            : Mohtar Ibrahim
Umur                           : 45 Tahun
Tempat Tinggal dan                     : Desa Bukit Tinggi
Lahir
Kecamatan                           : Malifut
Pekerjaan                            : Kepala Desa
Status                                   : Sudah Menikah
Penderita Penyakit                        : -
Wawancara dengan bapak Mohtar Ibrahim dilakukan pada tanggal 2 Desember 2013, di kediaman beliau, Desa Bukit Tinggi
Bapak Mohtar menjelaskan, bicara masalah limbah jelas ada, sehingga pada akhirnya pendapatan masyarakat di nelayan juga sudah kurang. Bahkan juga hasil tangkapan ikan terus menurun, ini beda sebelum perusahan masuk. Dulu di wilayah ini dikenal dengan penghasil ikan ngafi (teri), tapi sekarang, setelah ada PT NHM ikan teri sudah hilang dari teluk Kao. Yang dulunya cumi begitu banyak sekarang sudah tidak ada lagi, bahkan udang pun sekarang sulit sekali untuk masyarakat dapat. Udang, dan ikan sulit di dapat dan mati ini akibat dari limbah perusahan yang mengeluarkan lumpur begitu banyak ke sungai yaitu sungai Ake Tabobo, sungai Kobok, dan anak sungai lainnya.
Kami sebagai masyarakat kecil ini hanya mendengar orang yang datang bilang bahwa daerah ini sudah terkena limbah, kami ikut - ikut saja begitu. Sekarang kami masyarakat Bukit Tinggi sudah mulai susah untuk memperoleh air bersih. Bahkan sungai kobok dan sungai aketabobo sudah tidak bisa dikonsumsi.
Sebagian besar masyarakat Bukit Tinggi berkebun di area sungai Kobok dan sungai Ake Tabobo. Jikalau pergi ke kebun harus membawa air dari rumah, ini kenyataannya seperti itu. Memang disini ada warga yang mendapat penyakit gatal - gatal, cuma kami anggap bahwa itukan penyakit biasa jadi tidak di ekspos ke media. Tapi masalah penyakit benjol - benjol belum ada disini.
Sampai saat ini tidak pernah lihat Pemerintah Kabupaten dan Provinsi punya perhatian yang serius terhadap warga yang mendapat penyakit, gatal-gatal dan benjol-benjol di beberapa desa yang ada di Malifut. Apalagi perusahan turun sosialisasi menganai pencemaran yang berhubungan dengan limbah saja tidak pernah. Seharusnya perusahan dan pemerintah punya kewajiban menyampaikan itu ke kami masyarakat sekitar tambang. Jadi saya ingin katakan


bahwa pemerintah jangan hanya mengambil hasil dari investasi tambang, tapi tolong sampaikan kepada masyarakat bahwa keadaannya seperti ini.
Masalah pencemaran lingkungan seperti sungai itu kami sudah rasakan dampaknya. Saya juga pernah sampaikan kepada masyarakat Bukit Tinggi setelah saya jadi kepala desa. Saya mantan pekerja di NHM sebagai pengobor. Saya lihat langsung disaat penutupan lubang Sam itu. Ukuran diameternya 4 x 4, jadi Sam ini ditutup dicampur dangan bahan kimia, bahan kimia inilah disaat hujan dia mengalir ke sungai - sungai. Maka saya sampaikan kapada masyarakat bahwa sungai Kobok dan Ake Tabobo tidak layak di konsumsi. Kerang – kerang dan ikan yang ada di sungai ini tidak perlu lagi di konsumsi. Itu saya sampaikan ke masyarakat *


Nama                           : Sabri Adam
Umur                           : 40 Tahun
Tempat Tinggal dan                    : Desa Matsa
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                           : Kepala Desa
Status                                   : Menikah
Penderita Penyakit                       : -


Wawancara dengan bapak Sabri Adam pada tanggal 3 Desember 2013 di kediaman beliau, desa Matsa. Bapak Sabri memberikan keterangan terkait dengan masalah pencemaran di Teluk Kao.
Menurut bapak Sabri Adam, bahwa persoalan pencemaran limbah Perusahan PT. Nusa Halmahera Minerals (NHM), akan mengorbankan masyarakat sekitar tambang, karena itu harus ada penelitan secara ilmiah. Persoalan serius ini membutuhkan suatu kajian dan identifikasi yang betul tentang kondisi yang berhubungan dengan lingkungan sekitar tambang. Maka paling tidak dari bagian AMDAL, LSM atau lembaga mana saja harus komunikasi dengan pihak NHM. NHM harus memberikan pembuktian yang jelas dan kuat tentang AMDAL dan efek dari limbahnya itu.
Itulah yang seharusnya dilakukan karena memang kalau kita berpikir dengan logika kasar saja, nanti kehadiran perusahan NHM akan terjadi pencemaran lingkungan di wilaayh sekitar yang kita tinggali, Apalagi perusahan mengolah Emas dengan menggunakan bahan - bahan kimia seperti Merkuri dan Sianida. Berarti kan dampaknya sangat luar bisa dan besar terhadap masyarakat. Itu yang memang torang (kita) juga sangat mengkhawatirkan kedepan akan terjadi seperti apa? Saya pikir kalau pipa bocor di tutup saja selesai. Tapi yang menjadi persoalan adalah tailing - tailing yang dibuat untuk penampungan limbah, masalah itu kita bisa berlogika akan ada dua kondisi yang terjadi, pertama pencemaran lewat udara dan yang kedua pencemaran lewat dasar laut.
Maka harus ada kekuatan yang memberikan tekanan dan meminta kepada PT. NHM agar menjelaskan kondisi Tailing Dam yang ada di NHM yang menjadi penampung limbah kemampuannya itu bagaimana. Perlu dicaritau seperti apa mekanismenya. Beliau juga mengatakan tinggal bagaimana kita bicara AMDAL. Kami juga khawatir kedepannya kalau ini tidak diantisipasi bagaimana generasi kita.*


Nama                           : Kepas Lada
Umur                           : 53 Tahun
Tempat Tinggal dan                     : Desa Sosol
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                             : Sekdes Sosol
Status                                   : Menikah
Penderita Penyakit                        : -
Wawancara dengan Bapak Kepas Lada pada tanggal 5 Desember 2013 di kediaman beliau Desa Sosol. Beliau memberikan keterangan terkait dengan penyakit kondisi teluk Kao.
Menurut penjelasan bapak Kepas Lada bahwa penyakit benjol - benjol dan gatal-gatal mulai muncul dari tahun 2004. Perusahan NHM masuk disini dari tahun 1997. Menurut pemahaman kami, penyakit benjol - benjol dan gatal - gatal ini disebabkan karena masyarakat banyak, mengkonsumsi ikan di teluk Kao dan sering mandi di sungai Kobok. Sekarang warga Balisosang sudah tidak konsumsi air dari sungai Kobok padahal dulu dipakai untuk mandi, minum. Bukan cuma itu, di teluk Kao ini dulu tempatnya ikan ngafi (teri), sekarang sudah sulit bahkan jarang untuk dapat. Jadi kalau nelayan basoma (menangkap ikan) perginya sudah sangat jauh dan harus pakai motor laut jenis katinting, bahkan ke tempat ikan sekitar 2 jam setengah.
Kecurigan kami masyarakat, pada saat hujan dan banjir perusahan membuang limbahnya mengikuti banjir dan hujan itu. Kami masyarakat punya pemahaman bahwa apabilah penyakit ini tidak bisa diatasi dengan baik, kedepan akan terjadi korban kematian. Pemerintah dan Perusahan selama masyarakat mendapat penyakit benjol - benjol dan gatal – gatal, tidak ada perhatian sama sekali. Terutama memberikan bantuan kepada masyarakat berupa sembako pun tidak ada, kesehatan kratis itu hanya satu kali saja dan dilakukan oleh perusahan terutama CSRnya. Itu dilakukan di Kao bulan september lalu. Yang saya khawatir jangan sampai kedepan seperti kasus Buyat di Sulawesi Utara.*


Nama                           : Sarlota Mako
Umur                           : 45 Tahun
Tempat Tinggal dan                    : Dusun Waringin
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                           : Kepala Dusun
Status                                   : Belum Menikah
Penderita Penyakit                       : -
Wawancara dengan Ibu Sarlota Mako pada tanggal 3 Desember 2013 di kediaman beliau, dusun Beringin, desa Tabobo. Keterangan dari beliau terkait dengan penyakit yang di derita oleh masyarakat
Menurut beliau, masalah penyakit gatal - gatal itu memang ada, tapi setelah munim obat dia sembuh, sedangkan benjol - benjol belum ada. Dia juga menceritakan keadaan yang terjadi di dusun Beringin, bahwa beliau perna mandi di sungai Ake Tabobo, lalu ada seorang kakek tua asalnya dari orang Manado yang sempat bilang ke dia bahwa sungai Ake Tabobo ini sudah tercemar, jadi saya harus bikin sumur. Jadi mandinya jangan terlalu lama dan jangan lagi di Ake Tabobo. Lalu saya tanya kenapa? Kakek tua itu bilang katanya baru - baru ini ada tim dari NHM melakukan penelitian dan peneliti mengatakan bahwa sungai Ake Tabobo ini sudah tercemar limbah, tapi limbahnya belum begitu nampak. Dampaknya itu nanti sampai 5 - 8 tahun baru terasa. Begitu saya mendengar cerita itu saya langsung sampaikan kepada warga dusun Beringin supaya jangan lagi mandi dan menggunakan air sungai Ake Tabobo.
Lanjut dia, orang – orang Perusahan NHM setiap pagi biasa turun di sungai Ake Tabobo untuk periksa airnya lalu mereka ambil dan di isi di botol aqua kemudian dibawa untuk lakukan pemeriksaan. Mungkin mereka lihat bagaimana kondisi airnya seperti apa. Saya sudah 8 tahun tinggal disini belum ada orang yang meninggal akibat limbah perusahan. Di sungai Ake Tabobo ini kalau waktu hujan dan banjir, airnya berwarna merah dan coklat bahkan macam - macam warnanya. Saya tanya di masyarakat, mereka menjawab ini karena limbah perusahan NHM. Kata mereka saat banjir dan hujan perusahan membuang limbahnya. Tetapi saya juga tidak tahu limbah itu seperti apa, sementara sebagian warga disini bilang itu adalah limbah. Beliau mengungkapkan bahwa saya pernah ikut orang pergi ke tempat pembuangan limbah NHM. Saya lihat itu perusahan NHM punya tempat pembuangan limbahnya luas dan besar sekali seperti telaga (Danau). Jadi masalah ini masih dalam penilitian kita cari tahu. Kekhawatiran saya kedepan akan seperti apa dampaknya untuk generasi kita. Yang jelas dampak yang sekarang belum terlalu nampak di permukaan. Oleh karena itu harus diantisipasi secara baik.*


Nama                           : Loisa Koyoba
Umur                           : 46 Tahun
Tempat Tinggal dan                     : Desa Balisosang
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                            : Petani
Status                                   : Menikah
Penderita Penyakit                        : -
Wawancara dengan Ibu Ati Koyoba dilakukan pada tanggal 6 Desember 2013, di kediaman beliau Desa Balisosang. Keterangan dari beliau tentang kondisi Sungai Kobok
Menurut Ibu Ati Koyoba, hampir 99% kami masyarakat Balisosang berkebun di Kobok. Kerang juga sudah tidak bisa di makan, termasuk juga ikan. Kami juga sudah tidak bisa mancing di sungai Kobok. Jadi kami masyarakat Balisosang tinggal menungu saatnya untuk mati. Mulai dari kecamatan Kao sampai Malifut kedapan akan seperti apa, Pemerintah Daerah dan Perusahan harus turun ke lokasi agar melihat apa yang terjadi di sungai Kobok. Supaya tahu kebun kelapa dan pisang milik kami sudah mati berapa pohon. Torang (kami) punya tanaman subur bagimana, ikan bagimana, kerang bagimana yang ada di sungai Kobok? Bagimana dengan kondisi air bersih. Mereka harus turun langsung di lapangan jangan cuma diatas lalu lihat saja.
Pemeritah kami disini susah menanggapi persoalan seperti ini. Rata - rata masyarakat Balisosang berkebun di Kobok. Sebelum ada perusahan NHM, masyarakat Balisosang punya kebun di Kobok Pante. Tetapi karena masuknya perusahan NHM, maka kami memilih berpindah membongkar hutan baru untuk lahan kebun. Masalahnya sungai Kobok sudah tercemar limbah sehingga sudah sulit mencari kerang dan ikan disitu.
Beliau mengatakan bahwa kehadiran NHM, kalau bagi yang kerja di perusahan itu mereka senang. Tapi kami yang berkebun paling merasa tergangu dengan kehadirannya, karena mengakibatkan pencemaran sungai Kobok yang jadi tempat hidup kami. Padahal sungai Kobok ini menjadi sumber kehidupan kami ketika kami di kebun, bisa cari ikan, kemudian mandi, mencuci, minum, mencari udang. Tetapi saat ini semua itu hilang direbut dan dirusaki oleh perusahan NHM. Kami masyarakat sangat menderita dengan kehadiran NHM. Masalah air saja harus bawa dari kampong, padahal dulu pergi ke kebun tidak perlu bawa air dari rumah, cuma tinggal ambil saja di sungai kobok. Sekarang tidak bisa lagi.*


Nama                         : Desi Selano
Umur                           : 30 Tahun
Tempat Tinggal dan                    : Dusun Beringin, Desa Tabobo
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                            : Ibu Rumah Tangga
Status                                   : Menikah
Penderita Penyakit                       : Gatal - Gatal


Wawancara dengan Ibu Desi Selano pada tanggal 1 Desember 2013 di kediaman beliau, dusun Beringin, desa Tabobo. Beliau salah satu korban yang mengalami penyakit gatal – gatal.
Ibu Desi Selano mengatakan kalau sungai Ake Tabobo ini sudah tercemar limbah perusahan PT. NHM. Kalau musim panas airnya sedikit jernih, itu masih bisa mandi, tapi itu pun kami merasa badan semacam alergi dan gatal-gatal dan benjol-benjol, sebab perusahan membuang limbahnya saat menuggu hujan dan banjir. Jadi kalau sungai Ake Tabobo ini sudah keruh, kami hanya mengandalkan sumur untuk mencuci, tapi parigi ini hanya dipakai mencuci tidak untuk minum. Untuk air minum itu kami terpaksa beli air gelong. Kalau sudah sulit kami terpaksa minta air aqua di pos TNI/Brimob yang bertugas di NHM. Kalau perusahan membuang limbahnya di sungai itu warna air macam ketal dan kotor. Saya juga mendapat penyakit gatal-gatal kaya alergi begitu. *


Nama                           : Frangking Namotemo
Umur                           : 53 Tahun
Tempat Tinggal dan                    : Desa Balisosang
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                           : Kades
Status                                   : Menikah
Penderita Penyakit                       : -


 Wawancara dengan Bapak Frangking Namotemo pada tanggal 01 Desember 2013 di kediaman beliau, Desa Balisosang. Beliau memberikan keterangan terkait dengan dampak yang di timbulkan PT NHM
Beliau menceritakan tentang pertemuannya dengan pihak perusahan PT. NHM menyangkut masalah sosialisasi AMDAL. Dalam pertemua itu beliau menyampaikan bahwa kalau kita berbicara awal kami punya air sungai Kobok itu dulu bersih dan kita bisa ambil untuk minum. Tetapi akhir - akhir ini tidak lagi bisa di minum. Kalau ada yang bilang sungai Kobok tidak beracun, kenapa kerang - kerang dan ikan - ikan mati. Bahasa itu saya sampaikan kepada pihak NHM. Dari pihak perusahan mereka menjawabanya akan berkoordinasi dengan BLH dulu dan akan turun ke lokasi untuk melakukan sosialisasi ke masyarakat. Jadi kalau mau turun ke lokasi saya akan perintahkan kepada masyarakat Balisosang agar pergi ke kebun semua supaya kita bisa saksikan keadaan yang ada di Kobok.
Beliau menyampaikan sejauh ini PT. NHM dan Pemerintah Daerah tidak memperhatikan kami masyarakat Balisosang. Pemrintah Daerah dan PT. NHM tidak punya kepedulian terhadap kondisi yang ada di masyarakat terutama mengenai tercemarnya sungai kobok.*


Nama                           : Jaber Usman
Umur                           : 59 Tahun
Tempat Tinggal dan                   : Desa Tabobo
Lahir
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                            : Petani
Status                                   : Menikah
Penderita Penyakit                       : -



Wawancara dengan Bapak Jabir Usman pada tanggal 02 Desember 2013 di kediaman beliau, Desa Tabobo. Beliau memberikan keterangan terkait dengan dampak dari aktifitas PT NHM.
Bapak Jabir Usman mengatakan terdapat penyakit benjol - benjol dan gatal – gatal disini. Yang jelas seperti itu karena mulai dari Tabobo, Balisosang, Bukit Tinggi dan Dum - Dum itu berkebunya di sungai Kobok. Disini yang dapat gatal - gatal memang banyak, tapi yang lain sudah berobat di Puskesmas Malifut langsung sembuh. Ada yang pakai obat kampong. Penjelasan dari pihak puskesmas, bahwa itu hanya penyakit kulit biasa. Padahal hampir semua warga di Tabobo mendapat penyakit gatal - gatal tetapi sudah hilang karena berobat.
Ketiak kami mendapat penyakit gatal – gatal maka pergi ke RS dan pihak RS hanya menyampaikan kepada kami jangan makan ikan Es. Hasil pemeriksaan di RS mengenai penyakit yang kami derita, mereka hanya bilang bahwa ini penyakit kulit biasa. Kami orang Tabobo sudah takut apa yang ada di sungai Kobok, karena bukan hanya limbah perusahan tapi juga limbah warga yang ada di dusun Beringin seperti kotoran manusia dan sampah-sampah warga di buang lewat sungai tabobo.
Pemerintah Daerah dengan pihak Perusahan tidak punya kepedulian terhadap masyarakat yang mendapat penyakit benjol - benjol dan gatal - gatal. Kami masyarakat merasa kehadiran perusahan PT. NHM ini hanya membuat kita susah. Kenyataanya sungai Kobok dan sungai Tabobo tidak bisa di konsumsi lagi sekarang.*


Nama                           : dr. Sari Juwita
Umur                           : 25 Tahun
Tempat Tinggal dan             : Jakarta/
Lahir                                                                
Kecamatan                          : Malifut
Pekerjaan                            : dr. Umum
Status                                   : Belum Menikah


Wawancara dengan dr. Sari Juwita pada tanggal 6 Desember 2013, di Puskesmas Malifut. Keterangan yang beliau sampaikan terkait dengan penyakit – penyakit yang diderita oleh masyarakat
Menurut keterangan beliau, bahwa selama penyakit yang dia tangani disini itu masyarakat sekitar tambang hanya mendapat penyakit benjol - benjol dan gatal – gatal biasa. Seperti penyakit kulit jamur, tetapi kalau benjol-benjol karena penyebab dari limbah perusahan PT. Nusa Halmahera Minerals(NHM), kami belum temukan. Masyarakat yang ada di Malifut ketika berobat di Puskesmas ini penjelasan yang mereka sampaikan kepada kami, bahwa seringkali mereka pulang dari kebun itu tidak mandi sehingga itu yang menyebabkan mereka menderita gatal - gatal di leher kemudian di garuk sampai merah dan alergi. Pada prinsipnya masyarakat belum paham arti kesehatan.
Penyakit benjol-benjol akibat limbah perusahan, saya belum pernah lihat. Hanya benjol-benjol biasa saja seperti bisol, alergi dan Jamur. Setelah diperiksa jarang mereka bersihkan badan mereka setelah dari kebun. Kami juga belum pernah temukan penyakit gatal - gatal di seluruh badan, paling cuma di tangan dan kaki. Selama ini, penyakit yang paling banyak kami temukan hanya itu, tapi sudah tertangani setelah di berikan pil.
Menurut beliau, kami di Puskemas Malifut tidak punya kapasitas dalam menentukan penyebabnya penyakit ini karena limbah atau tidak. Itu bukan ranahnya kami, sebab itu harus ada pembuktian-pembuktian ilmiah. Kebanyakan masyarakat disini aktifitas mereka itu di kebun, mandi saja dua tiga hari baru mandi ulang, itu gatal - gatal tetap ada, itu menjadi persoalanya. Yang kami tahu hanya diagnosa jamur atau bakteri. Tapi bagaimana cara mereka kena penyakit kami tidak tahu. Paling cuma itu untuk penyakit kulit.
Dia menjelaskan bahwa penyakit yang diderita masyarakat yang ditanganinya, karena limbah perusahan NHM itu tidak ada. Kalau kita disinikan pasien datang sakit kita obati. Kita juga tidak tahu dia Alergi apa. Tapi kalau dia datang dan mengeluh penyakitnya, kita obati dan diberikan pil, selesai sudah. Kami tanyakan kepada mereka keterangannya, sering makan ikan


Es. Kemudian penyakit alergikan banyak, ada yang alergi telur, alergi udang. Rata-rata masyarakat disini tidak tahu penyebab penyakit itu muncul, kalau kita kan tidak periksa sampai ini penyebabnya apa. Penyakit gatal - gatal dan benjol - benjol biasa ini kan, hampir menyeluruh karena sebagian ikan yang dikonsumsi itu adalah ikan Es. Kebanyakan selama ini penyakit kulit yang kami tangani hanya itu.

Beliau juga mengatakan, kadang - kadang masyarakat itu tidak tahu, jadi prinsip mereka jikalau mandi di kali ketika ditanya, mereka jawab limbah. Padahal mungkin karena lingkungannya yang tidak besih. Sebenarnya penyakit kulit itu, prinsipnya hanya satu, adalah menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar kita. Orang disini rata - rata tidak tahu bagimana rawat lukanya. *